Monday, May 30, 2011

The Social Network: Late Report


Hehehe believe me or not, saya baru bisa nonton film The Social Network minggu kemaren! Nyewa di Odiva. The main factor is film bagus ini nggak main di bioskop lokal! Payah. Apa saya yang nggak gaul yah? Hihihi mungkin sudah setahun saya sudah nggak pernah ke bioskop lagi, kecuali bioskop di Balikpapan maybe, coz di Samarinda kebanyakan film2nya adalah hantu2 lokal yang nggak jelas, wkwkwk.


Oke, back to Mark Zuckerberg. Film ini kan memang ngebahas tentang dia, si pencipta Facebook yang fenomenal sekaligus penuh kontroversi, ternyata. Hehehe, saya pikir kontroversinya Facebook itu hanya karena ajang jaringan sosial ini mengobrak-abrik dunia privasi, bahwa semua orang berhak menjadi artis, semua orang berhak melaporkan setiap detik setiap aktifitas setiap momen, sampai semua orang kerasukan dan akhirnya nggak tahu lagi apa artinya limit. 

Nah, yang dimaksud kontroversi di film ini adalah ternyata Mark dituntut sahabatnya sendiri yang membiayai pendanaannya pertama kali, Eduardo Saverin, karena persoalan pembagian saham Facebook. Selain itu Mark juga dituntut oleh sekelompok mahasiswa kaya yang menuduhnya mencuri ide Facebook dari mereka.

Film dibawakan dengan lusinan kalimat rumit dan cepat, keluar dari para aktornya, terutama si pemeran Mark. Mungkin supaya kelihatan jenius. Sedari adegan pertama pun saya sudah dibuat bingung, yaitu adegan saat Mark tengah berkencan dengan pacarnya, Erica Albright. Sebagai orang jenius tentu saja ia sering mengatakan apa adanya apa yang dipikirkannya, jadi beberapa orang sering menganggapnya sombong, termasuk pacarnya ini. Si Mark juga sih, hehehe. Dia berbicara seperti roket, topiknya ganti2 cepat banget, terus meremehkan kemampuan inteletual si cewek, meremehkan ini dan itu, tentu saja secara tak sadar, sehingga si cewek memutuskannya. 

Mark bingung dan jengkel luar biasa. Jadi ia pulang dan langsung mem-posting di blog pribadinya dengan memaki2 si cewek. Secara bersamaan ia juga membuat aplikasi pemilihan cewek kampus paling sexy dengan meng-hijack data kepegawaian kampus, mmm… kalau nggak salah inget namanya facemash.com deh. Ditemani sahabatnya si Saverin, ia mendownload ribuan foto semua cewek di kampusnya (ia dan ceweknya itu satu kampus, di Harvard, lalu memasangnya di aplikasi dan mengirimkannya secara berantai via email kampus. Aplikasi ini saking menariknya diakses ribuan mahasiswa dalam semalam dan akhirnya membuat sistem jaringan kampus down. Wkwkwk!

Nah, aplikasi ini membuatnya terkenal dalam semalam dan menarik perhatian sekelompok mahasiswa kaya, Winklevoss bersaudara, yang punya ide ingin membuat aplikasi jejaring sosial khusus di kampus. Mereka minta bantuan Mark untuk membuat programnya. Mark said ok. Tapi Mark ujung2nya nggak pernah sempat menemui mereka, sementara ia membuat sendiri programnya berjudul The Facebook. Ia pun minta tolong pada Saverin untuk membiayai programnya sejumlah seribu dolar. Kenapa ia menemui Saverin dan bukannya kelompok mahasiswa kaya itu? Karena Saverin adalah ketua kelompok investasi mahasiswa di kampus, sementara lebih aman berbisnis dengan teman yang sudah dikenalnya daripada orang lain. Saverin setuju dengan syarat sahamnya adalah 30-70. Mark said ok again.

Programnya makin meluas tak hanya di kampusnya, tapi juga di kampus2 Amrik lainnya. Mereka berdua memang berencana mempromosikannya ke semua email yang ber-akun edu. Saverin pun kembali menambahkan sumbangannya sebesar delapan ribu dolar. Konflik dimulai saat Mark berkenalan dengan Sean Parker, pendiri Napster, situs download mp3 kalau nggak salah, yang akhirnya situs itu dijual coz dapat tuntutan dari artis2 penyanyi. Saverin nggak begitu suka dengan kepribadian Parker yang cenderung ugal2an. Tapi Mark malah menganggapnya luar biasa, apalagi si Parker malah menyumbang dana yang lebih besar, bahkan memperkenalkannya ke sponsor dana raksasa lainnya. Oya, si Parker ini yang mengusulkan kalau ‘The’-nya dihilangkan saja, cukup ‘Facebook’.

Ujung2nya bisa ditebak, para sponsor dana itu rebutan saham Facebook. Saverin pun akhirnya ditendang habis2an setelah tahu bahwa saham terakhirnya hanya 0,03 persen, jauh dari perjanjian awal antara sahabat, 30-70. Sementara saham Mark tetap 70, Sean 10 dan sisanya adalah si sponsor raksasa. Wiiih… kejamnya dunia bisnis!

Sepanjang film hebatnya tidak banyak ada penjelasan dari Mark Zuckerberg-nya sendiri kenapa dia bertindak begini dan begitu, dia hanya berkelit dan berkelit saat ditanya ini itu di persidangan awal. Mark pun tadinya tetap nggak mau kalah sama si Saverin dan Winklevoss, hingga dinasehati oleh seorang petugas pengadilan perempuan, bahwa jika tuntutan ini akan sampai di pengadilan berjuri, ia akan kalah karena juri akan percaya kalau semuanya adalah rekayasa Mark sendiri, kenapa Winklevoss tidak dihubungi atau kenapa Saverin tahu2 ditendang. Apalagi kisah awal Facebook yang bermula dari pelampiasan emosi tingkat tinggi Mark terhadap sang pacar, dengan memposting makian2 kasar di blog pribadinya, bahkan membuat facemash.com secara bersamaan. 

Akhirnya sidang memenangkan Winklevoss bersaudara dengan memberi mereka berapa ya, mmm… sepuluh ribu dolar kayaknya, untuk ide mereka. Sementara Saverin tidak diketahui dibayar berapa oleh Facebook, tapi dia tetap dicantumkan sebagai pendiri Facebook. Hahaha, makin agree saja nih saya, kalau di balik kesuksesan seseorang ada saja yang namanya egoisme dan keserakahan *hehehe, begini nih omongan orang miskin yang bisanya cuman sirik, wkwkwk!*

Sayangnya film ini katanya sih bukan fakta sebenarnya, cuman adaptasi dari novelnya Ben Mezrich, The Accidental Billionaires. Disutradarai oleh David Fincher, didukung Jesse Eisenberg sebagai pemeran Mark *mirip banget, yak!*, film ini sukses jadi film Box Office di tahun 2010. Mark Zuckerberg sih hanya menganggap film ini akan jadi bahan lawakan team Facebook. Dia juga banyak berkelitnya pas diwawancara sama si Oprah di acaranya. Kalau saya sih percaya kalau itu cerita sebenarnya, hehehe, soalnya tahu kan orang yang banyak berkelit itu tabiatnya gimana? Hehehe….

Oya, ada juga yang nyangkut di kepala saya tentang tagline film: “You don’t get to 500 million friends without making a few enemies”. Kalau merujuk tagline itu, mungkin seharusnya si Mark membuat fitur ‘dislike’ di facebook, hehehe! Lumayan tuh, buat nyentil orang-orang aneh yang suka buat status nggak genah, wkwkwk!

Eh, ada satu lagi deh, hihihi *keliatan nih rakus, maunya nambah mulu*. Adegan terakhir film ini kan adegan yang menyedihkan, menggambarkan si Mark yang tengah me-refresh terus2an wall facebook-nya Erica Albright, si mantan pacar, demi mencari tahu detik per detik apa yang tengah dilakukan si Erica dengan Facebook-nya. Hahaha! Pantesan saja aplikasi abal2 semacam aplikasi melihat siapa pengunjung wall kita itu selamanya akan menjadi aplikasi abal2. Nggak mungkin kan seorang Mark Zuckerberg membiarkan dirinya bego tercatat di aplikasinya Erica sebagai pengunjungnya yang paling intensif?! Hehehe! Eh, tapi yang bisa buka wall orang lain meski si orang itu nggak masuk di friendlist-nya itu cuman Mark saja kali yak? Kita-kita kok nggak bisa sih, Mark? *Hubby: Emang kamu mau ngintipin wall siapa sih, hunny? Saya: uhuk…uhuk…uhuk (mendadak batuk)* =))
Share/Bookmark

Wednesday, May 18, 2011

I Do Have a Paranoid Friend


“Gue yang terima kasih lagi, Mel. Gue sangat menikmatinya. Lo udah sempet2in dateng ke Jakarta cuman buat drama ini. Btw, acting lo nggak ada bagus-bagusnya.”


Short message ini datang Jumat siang dari seorang teman. Dulu kami lumayan dekat, sering bercerita ini itu, via email or text messages, meski somehow saya nggak pernah bisa merasa nyaman untuk bertelepon ria dengannya, padahal saya lebih suka menelepon coz more expressive I feel.

Sampai suatu hari dia menemukan kejanggalan2 dalam hidupnya dan berkesimpulan bahwa handphone-nya di-hijack. Tersangkanya tentu saja keluarganya. Saya jadi tempat curhatnya selama berminggu2 dan saya nggak hanya bersikap seperti tempat sampah lainnya yang hanya sabar listening. Well, I have life too, so kalau mau curhat sama saya, welcome saja, but it better be NOT the same problem, coz I think if you have problems, then FIND solutions!! Not just complaining, complaining, complaining, aaarrrggghh….!!!

So I give her solutions. Mulai dari ganti nomor hape, ganti hape sekalian, atau cari bukti shahih lainnya seperti yang persis dia lakukan untuk mencari bukti bahwa mantan suaminya sering berhubungan dengan perempuan lain. Atau menge-check rekening telepon, membuntuti ibu atau ayah atau adiknya yang menjadi tersangka utama. Atau malah pergi dari semuanya, cari kost sendiri, cari pekerjaan sendiri. Free to decide. Hundred ways to move on.

Ujung-ujungnya malah saya yang jadi tertuduh utama. Wuakakak. Menurutnya saya adalah otak di balik semuanya. Hahaha! I have two kids, busy enough at work, busy enough at weekends, and busy enough at my own dreams, and if I’ve got a time I choose to be a genious criminal person wearing mask and have a gun that look like a phone to coordinate everything in someone’s life? NO, thank you!      

I don’t understand these people. Paranoid people. Mereka itu pinter, jenius, but somehow logikanya nggak tahu terbang kemana. Mereka begitu yakin bahwa segala kejadian dan peristiwa yang di depan matanya adalah drama, sementara mereka nggak mau mencari bukti shahihnya. Mereka malah sibuk menikmatinya, hahaha! See a short message back at front? She’s really enjoying it. Berada dalam dunia prasangka yang hanya dimilikinya sendiri. Dikasih tahu sebenarnya malah ngetawain, dikasih tahu dia itu paranoid malah senyum2, dikasih tau dia harus check ke psikiater malah cuek bebek.

Mestinya bisa sih saya lebih peduli daripada itu. Saya bisa hubungi keluarganya, mantan suaminya. Bertanya kenapa, ada apa, kalau mereka care ya apa yang bisa mereka lakukan untuk dia, bawa paksa ke psikiater or anything. Tapi waduh, sorry, saya nggak sepeduli itu, saya juga yakin, seyakin-yakinnya, kalau saya melibatkan diri, dia akan habis2an percaya saya adalah tuhan. Huahahaha!

I believe patient does have limit. Saya orang yang lumayan antisosial, jadi berteman bagi saya nothing to loose. Mau sendirian oke, mau temenan juga oke. Tulus-tulus saja tapi tetap ada syarat. Saya mau berteman dengan siapa saja yang punya nilai2. Nilai ketulusan, saling menghargai, tidak makan tulang kawan, dan saling percaya, yah, persis saling percaya-nya sepasang suami istri mungkin. Buat apa berteman dengan teman yang nggak percaya sama kamu? Itu omong kosong bagi saya.

So I’ve deleted her number and  removed her from my facebook. A week after, she inboxed me, asking why sambil ngejelasin sejumah drama lain di keluarganya dan meng-add kembali saya as a friend. Ha-ha-ha. Well, I still have a heart anyway, so I gave her little explanation why, including sejumlah syarat. Saya akan berteman dengannya lagi jika dia mau ke psikiater dan kembali percaya bahwa saya temannya. She didn’t send any response. I think, go to hell, it’s up to her.

Saya pikir semua sudah selesai. Nggak tahunya, hahaha! Hari ini saya kembali menerima text messages darinya. Dia bercerita tentang drama lain yang dilakukan keluarganya, tentang mayat yang diformalin atau apaan gitu, wuakakakak…!!! *Mungkin seluruh jaringan keluarganya gilak semua kali ya?* Dia juga bercerita kalau dia ditelepon seorang cowok, mantan teman sekerjanya dulu, dan dia curiga kenapa tau2 si cowok telepon karena si cowok itu faktanya adalah pemalu, pasti ada yang menyuruh cowok itu telepon, and guess what??! Wuahahahahahaha! Yup, saya tetap jadi tersangkanya!!

Hehehehe, nasiiiib…. nasiiiib….. padahal kalau dia mau bener nih otaknya, saya bisa hubungi mantan teman sekerjanya itu darimana coba? Mau salto tujuh kali sambil nyelidikin bola dunia juga nggak bakal saya tahu itu cowok. Anyway, saya kali ini sangat menikmatinya. Saya bahkan akan membuat serial posting tentang ini. You know, drama hillarious apalagi sih yang ada di kepalanya dan kepala keluarganya? Mungkin saya jahat, tapi saya punya misi. Saya tahu dia pasti membaca blog ini sekali-sekali. Yaaah, mungkin saja kalau dia ngebaca postingan tentang dia, dia bakal punya willing untuk berobat. Atau dia malah happy ada yang nulis perjalanan hidupnya? Jiakakak! Terserahlah, yang pasti saya yang terima kasih, karena problem dia saya jadi rajin update blog. Hihihi.  

P.S : Saya sempat mencari informasi tentang penderita paranoid via wikipedia. Intinya itu gangguan mental yang ditandai kecurigaan yang tidak rasional/logis. Indikasinya macam2, seperti adanya halusinasi, gejala motorik yang aneh dan khas pada gerakan tangan dan cara berjalan, gangguan emosi, penarikan sosial (tidak menyukai orang lain karena menganggap orang lain tidak menyukai dirinya), dan terakhir adanya delusi atau waham/keyakinan palsu yang dipertahankan. Delusi ini dibagi lagi menjadi tiga yaitu delusion of persecution: yakin bahwa ada orang atau kelompok tertentu yang sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, delusion of grandeur: yakin bahwa dirinya memiliki kelebihan/kekuatan/jadi orang penting, dan delusion of influence: yakin bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya.

Hmm…. sepertinya si teman ini cocok dengan indikasi terakhir, delusion of influence. Oke kita baca lagi informasi selanjutnya. Menurut wikipedia, diduga penyebab  gangguan kepribadian ini adalah respon pertahanan psikologis (mekanisme pertahanan diri) yang berlebihan terhadap berbagai stress atau konflik terhadap egonya dan biasanya sudah terbentuk sejak usia muda. Para ahli psikodinamika menyatakan bahwa ada pengaruh genetika dalam gangguan ini, jadi pola-pola interaksi awal dengan orang tua perlu ditelusuri kembali.

Hmm… saya jadi kasihan sama dia. Hidupnya memang tak begitu berjalan mulus. Dia produk broken home (meski mampu menyelesaikan sekolahnya dengan sempurna), pernikahannya hancur di tengah jalan, dan kariernya pun tersendat-sendat. Tapi ada juga beberapa teman saya yang produk broken home, hidupnya lebih hancur daripada dia tapi bisa bangkit dan hidup normal, lurus2 saja. That’s a point of life, kan?

Jadi gimana caranya membantu menyembuhkan penderita paranoid ini? Ternyata sangat sulit, karena penderita tidak menyadari adanya gangguan pada dirinya dan merasa tidak memerlukan bantuan dari terapist. Hanya beberapa saja dari penderita yang mau berobat atas kemauannya sendiri. Seringnya penderita yang sedang diobati tidak percaya dan menolak terapist-nya. Terapi obat umumnya tidak efektif, lebih baik dilakukan terapi perilaku. Caranya dengan menelusuri kembali masa lalu “kemarahan” penderita sebagai dasar menciptakan hubungan interpersonal yang baik, kemudian membantu mengontrol kecemasan penderita dan memperbaiki kemampuan hubungan interpersonalnya.

Betul kan? Kalau keluarganya hanya sibuk bikin drama gila2an, satu-satunya cara adalah berobat atas kemauannya sendiri. C’mon, girl, c’est la vie, hidup ini indah, dan kamu menyia-nyiakan menit2 hidupmu hanya untuk yang beginian? Get real, get alive, oke?

Share/Bookmark

Wednesday, May 11, 2011

Bonus Paket 3 Hari Mudik : PJ20 Celebration


Postingan kali ini adalah kronologi yang mencatat perjuangan saya minggu lalu, yang tadinya saya kira akan bersantai-santai, ternyata penuh dengan jutaan hal yang harus dikoordinasikan, supaya semuanya berjalan dengan smooth. Perjuangan ini bermula sejak saya tahu bahwa tugas saya ke Bandung ndilalah waktunya bisa berdekatan dengan acara komunitas Pearl Jam Indonesia di The Rock Café Kemang: PJ20 Celebration, event musik yang merayakan kelangsungan langgengnya band gaek Pearl Jam yang sudah mencapai 20 tahun. Waah, pokoknya, mesti, wajib, harus, dengan usaha dan doa, bahwa saya harus datang ke acara ini, terutama karena penasaran sama Perfect Ten, band yang mendedikasikan dirinya khusus meng-cover hanya lagu2 Pearl Jam, hehehe….



Perjuangan ini mulai menarik setelah saya salah membaca waktunya. Wuakakak. Saya pikir acaranya Kamis, entah siapa yang sukses menanam informasi yang salah bertahun-tahun di kepala saya bahwa Wednesday itu Kamis. Tapi sekali lagi saya baca postingan terakhir dari salah satu admin PJID, Denny, lho kok Rabu?? Weleh2, bisa2 saya tenggelam dalam ironi pahit anjrit kalo bener2 kejadian saya datang ke Kemang hari Kamisnya, untuuuung ajaah…..

So, saya datang Rabu pagi dan pulang Sabtu pagi. Jadi saya cuman punya waktu tiga hari untuk bekerja sekaligus ketemu teman2. Mestinya pas banget kalo si event itu diadain Kamis, jadi saya tetep bisa ngiterin Bandung, ngobrol curcol ngakak-ngakak bareng kak Dwi, sobat lama yang emang tinggal di Bandung. But I’ve already made my choice. Jadi tantangannya kemudian adalah gimana saya bisa menyelesaikan kerjaan Bandung dalam waktu, mmm… let’s say… setengah hari, ketemu kak Dwi sebentar, kemudian maghribnya saya bisa langsung cabut kembali ke Jakarta, datang ke Kemang sekalian mengatur ketemuan sama temen2 seputaran Jakarta. Sekali mengayuh dua tiga pulau terlampaui beneran saya anut sepenuh hati kali ini :p    
Oke, here they are …        

Rabu dikit lagi mo subuh, 04.10 wita tertanggal 04 Mei 2011, perjalanan keluar kompleks menuju bandara :
Waduuuh, udah jam empat lewat… kekejer nggak ya pesawatnya? Pesawat jam 06.45, perjalanan Samarinda-Balikpapan dua jam setengah, sementara mobil masih bertahan dengan model jadul yang nggak bisa kenceng2. Ini hati bener2 nggak keruan. Ah, tapi Lion Air ini, biasanya mereka cukup berbaik hati dengan generasi model semi-instan-semi-payah kayak saya dengan menerima check-in at last minutes. Mendadak, ow-ow, ada yang sama pentingnya dengan Lion Air dan saya meninggalkannya di colokan listrik lagi dicharge: handphone! Arrrgggghh….

Ayaaaah, pliiizz balik lagiiiih, saya bakalan buta tuli kalo nggak ada itu. Hari ini adalah hari yang luar biasa sibuk, and I really need that damned little communication tool. Dengan berat hati si Ayah balik lagi, pusing mikirin berapa sisa waktu yang bisa ia kejar nantinya.

Rabu, masih belum subuh, 04.30 wita, masih berjuang keluar kompleks rumah :
Pfiiiuuuh… akhirnya handphone sukses diambil dengan cara: lari! Hahaha, si Ayah emang jagoan, larinya lebih cepet daripada si ijo jadul. Thank you, hunny, and now please hurry!!! :p *istri tukang maksa, tukang nuntut, tinggal nunggu dijitak ajah*

Wokeh, tinggal nunggu keajaiban, kekejer nggak tuh pesawat. Sambil setel album Vitalogy dan No Code, berusaha memberi semangat Ayah supaya ngebut *yang ada juga cuman saya yang bisa nikmatin, hehehe*. Udah sampe titik nadir, kalo nggak kesampean ya udahlah saya mesti cari pesawat lain *hahaha, berusaha sampe kantong penghabisan sih teteuuup*

Rabu, sekitar subuh, 05.00 wita, baru nyampe Loa Janan :
Iket sabuk pengaman, dan memilih tidooorr…. *sorry hunny, hihihi*

Rabu, jam berapa nggak tau, sengaja nggak mau tau, Bandara Sepinggan-Balikpapan :
Langsung check-in, tetep dengan gaya santai-cuek-padahal-dag-dig-dug-der. Celingak-celinguk, nyari jam *sampe lupa bawa jam sendiri, wuakakak*. Ketemu jam langsung melotot, kucek-kucek mata. Nggak salah tuh?! Jam 06.30 wita???!! Gilak! Samarinda-Balikpapan cuman satu setengah jam??? Apa sayanya aja yang tinggal di planet yang beda yak? Beuuuggh…. Makin hormat ajah nih sama si ijo jadul :p

Rabu, jam 06.45 wita, di dalam pesawat :
After dadah-dadah sama si Ayah, langsung cabut boarding. Liat boarding pass, halaaah…, dapet duduk di C, nggak bisa deket jendela dunk. Mana sebelah saya cowok nggak jelas lagi, ngajak ngobrol temanya bisnis mulu, mana lupa bawa buku cadangan, terpaksa deh pinjem LionMag dari tetangga sebelah depan, mayanlaaah… buat si tetangga jadi mingkem hehehe.

Satu jam berlalu LionMag udah abis kebaca. Ngapain lagi ya? Tidur nggak bisa. Mau bengong aja, ntar kesambet *emang ada yah setan di ketinggian sekitar 32.000-an kaki? hihihi* Mau ajak ngobrol tetangga, eeh… dia udah pules *padahal alhamdulilah banget*. Ya udahlah ngehayal ajah, ngehayal apaan yak? Ngehayal jadi konglomerat, halaah basi! Ngehayal jadi artis, halaaaah hahahaha! Ngehayal jorok, idiiiih malu! Sibuk nyortir milih-milih ngehayal apaan lumayan bikin sibuk juga, hahaha, tau-tau denger pengumuman pesawat mau landing ajah, wkwkwkw….

Masih Rabu, jam 07.45 wib, Bandara Soetta-Jakarta :
Langsung ke gerbang exit, nggak pake bagasi-bagasian, kelamaan! Celingak-celinguk nyari tulisan Cipaganti. Oowh, itu dia di sebelah kanan. Beli tiket menuju Bandung, minta langsung diantar di tempat, mayan nambah 15 rebo untuk charge local area.

Tetep Rabu, jam 08.30 wib, masih ketahan di Bandara Soetta :
Jadi  giliran saya kapan, neeehhh?! Gaya premannya keluar dah, kalo udah dibikin kesel gini. Udah beli tiket setengah jam yang lalu, tapi belom kebagian bus travel Cipaganti juga. Uuuggh! Gimana sih bang, katanya penumpang satu aja langsung berangkat? Payah, nih!

Saya terus-terusan ngedumel *emak2 banget dah* sampe akhirnya dapet juga bus travelnya di jam 09.00 wib. Mau nyampe jam berapa saya? Yang saya khawatirin cuman satu, kalo kerjaan di Bandung keteteran dan nggak selesai sore ini juga, bisa2 saya nggak sempet ketemu kak Dwi, padahal saya udah sempetin bawa kado ultah anaknya, atau malah ketinggalan anak2 pijeaydi cabang Bandung yang rencananya cabut abis maghrib ke Kemang. Streeesss….!    

Masih bertahan di hari Rabu, jam 11.00 wib, peristirahatan dalam tol Cipularang :
Wataawww!! Ini istirahat lama beneerr siiih, kapan nyampenya woooiiii…. Katanya cuman 15 menit, aaarrrggghh…. *orang stres nyangkut di tol*

Thank God it’s still Wednesday! Jam 13.00 wib, Pasir Koja-Bandung :
Gilak ini Bandung apa Bekasi sih? Kok panas bener, sumpek bener, kacau bener? *Sori, Bek, bukan maksud ngejelekin, kamu masih sekacau itu kan? hihihi*

Handphone nggak berhenti bunyi sedari turun pesawat. Kali ini ngabarin kalo pak Kepala Seksi instansi yang saya tuju mau ke Cianjur, jadi buruan dateng, Mel!!!  Ampun dah, mesti keluarin gaya preman lagi nih, biar dianterin duluan. Mangap ya pak, saya dianter duluan, pliiiiizzz…….. *sujud cium kaki nggak pake jempolnya lho*

Jam 13.10 wib, Jl. Soekarno Hatta- Bandung :
Akhirnya nyampe juga di kantornya, pfiuuuuh… langsung kerja, kerja, kerja!

Jam 15.20 wib, di dalam angkot putih nyusurin Jl. Soekarno Hatta-Bandung :
Nggak nyangka, ternyata kerjaan setengah hari bisa kelar dalam waktu seperempat hari, wuakakak. Jadi bisa langsung ketemuan sama kak Dwi. Yuhuuuu…. akhirnya bisa nyantai dikit. Tau2 ada ibu2 tanya, mau kemana neng? *yaelaah eneng, pasti gara2 ransel saya deh, masih dikirain eneng-eneng, hahaha*. Saya jawab, itu bu ke Kartika Sari Dago. Ibu2 itu tau2 langsung ribut sama temennya, ibu2 juga, mau ke Kartika Sari? Jangan ke Dago atuuuuh…, yang enak mah ke blablabla….. dan mereka berdebat mana Kartika Sari yang paling enak. Terus si Mang angkot nanya, Kartika Sari Dagonya yang mana? Deket Rumah Sakit? Hah? Nggak ngerti saya, mang. Emang di Dago ada berapa Kartika Sari? Dua ibu2 masih ribut juga, wah, neng, salah naik angkot atuuuh…., yang bener mah naik warna blablabla…. Lieur, euy! Payah juga nih kak Dwi, kasih meeting point yang nggak jelas gini. Saya pun konfirmasi lagi. Oowwh, bener mang, yang deket Rumah Sakit. Alhamdulilah, nggak usah ganti angkot. Masak sih saya mesti nyasar, ngabis2in waktu dan energi, huh!

Jam 15.40 wib, masih di dalam angkot putih :
Gilak! Bandung macet banget sih. Mau ke Dago aja sampe lumutan gini. Kapan nyampenya mang? Masih jauh lagi Dago-nya? Iya neng, sabar aja. Heg! Tarik napas dalem2, sabaaaar
Bertahun2 tumbuh di Bekasi saya nggak pernah sekalipun ke Bandung. Padahal kakak saya kuliah disini. Mungkin saat itu saya sibuk kuliah juga kali ya, hehehe. Liat pemandangan kota Bandung via jendela angkot lumayan juga, banyak pohon2 gede yang diameternya bisa bikin ngiler mafia kayu, pengusaha kecil2an sablon bejibun dimana2, jualin kaos2 gambar lucu2, keren2, factory outlet dan café juga nyempil2 di tiap jalan, makanan pinggir jalan seabreg2, bener2 hidup ini kota.  

Jam 15.50 wib, di jalan Dago :
Ternyata itu angkot putih nggak ngelewatin jalan Dago, karena saya harus nyeberang dikit. Nyusurin pelan2 jalan sebelah kiri, nyampe deh Kartika Sari Dago. Meeting point. Akhirnya bisa ngaso juga. Langsung saya mangkal di warung kecil di depan Kartika Sari. Teh botol dingin satu ya bu!

Jam 16.00 wib, Kartika Sari Dago :
Busyet, kak Dwi tetep nggak berubah hahaha! Udah jadi ibu dua anak aja tetep preman, datang dengan motor plus jaket tukang ojek, wuakakak! Kak Dwi, kak Dwiii, I miss you so muuuuuch….! Ngobrol curcol ngakak-ngakak with a dear friend is definitely worth it, ya nggak?

Jam 18.00 wib, Travel X-Trans, depan Ciwalk Bandung :
Setelah puas ngobrol, maen ke rumah kak Dwi, kasih kado buat anaknya, numpang mandi, langsung deh ciao ke X-Trans, meeting point berikutnya dengan anak2 pijeaydi cabang Bandung, dianter sama tukang ojek paling cantik :p

Still Wednesday, abis maghrib, masih di Travel X-Trans- Ciwalk Bandung :
Bertemu dengan Dini Ernida a.k.a Dee Vedder untuk pertama kalinya, hahaha! Langsung tau muka pas pertama kali liat, nggak capek2 nyari. Langsung ribut ketawa-ketiwi, nggak percaya akhirnya bisa juga ketemuan, hihihi. Kenalan dengan anak2 lainnya: Budhi Wibawa, Deni Wahyudi & Arif Faisal Latief, nama2 yang saya ingat sering atau pernah nyampah di ajang nyampah Pearl Jam Indonesia.

Masih bertahan di hari Rabu, nggak tau jam berapa, tol Cipularang :
Menuju Kemang pake mobil sewaan, soalnya kesian si Dini or Deni kalo bawa mobil sendiri dan gantian nyetir, yang ada ngantuk ancur2an pas pulangnya. Duduk paling belakang sama Dini, lebih private katanya, hihihi. Ngobrol apaan aja yang bisa dibahas, kaoslah, kenapa PJ nggak pernah ngapelin kitalah, solusinya gimanalah, macem2. Seru! J

Rabu, sekitar jam 8 mau ke jam 9 kayaknya, Pasar Minggu kayaknya :
Nungguin Eko Friestland yang pengen ikutan numpang. Lama banget, hahaha.

Rabu, masih di sekitar jam 8 mau ke jam 9 kayaknya, Kemang :
Muter2 hunting Hotel Flora, telepon temen yang tau, masih ribet juga, hadeeeeh….

Jam 21.00 wib kayaknya, McDonald deket Hotel Flora-Kemang :
Dini cs duluan masuk ke The Rock Café, saya masih nunggu teman, Lilia dan Bembenk, yang saya ajak ikutan nonton, sekalian kangen2an hehehe. Nggak taunya Lilia bawa dua makhluk lucu, Ririen dan Sampeq, dijanjiin ditraktir nonton sama saya. Sialan, jadi jebol deh kantong saya malam ini, hahaha! Padahal dua makhluk lucu itu sudah saya jadwalkan untuk meeting besoknya di Citos, yang lebih familiar ongkos makannya hihihi.

PJ20 Celebration, The Rock Café, jam 21.00 wib s.d modarrr…!
Kami berlima masuk dan langsung cari tempat duduk. Kebagian tempat di belakang. Ketawa-ketiwi sebentar sebelum akhirnya saya sadar bahwa Bembenk lagi fly. Hidung saya yang nggak bisa diandalkan nggak tau kalo ternyata badan dia emang udah bau alkohol sejak datang. Sialan nih kak Bembenk! Ngapain sih pake fly segala, ancur banget tuh orang. Udah lama nggak ketemu malah nggak bisa diajak ngobrol, malah ngikik2 nggak jelas, payaaah…hahaha!

Saya tinggalkan mereka sebentar untuk kenalan dengan cewek2 PJID. Hanya beberapa yang saya kenal, itu juga karena saya add via FB, ada Nilam, Palupi dan Dinar. Hahaha, akhirnya meet face to face. Sayang nggak bisa ngobrol coz Perfect Ten udah mulai menunjukkan gigs-nya. Yah, saya juga dengan sukses ketinggalan unjuk gigi para kolektor, hehehe. Nggak apa-apa deh, yang penting saya bisa nonton Perfect Ten, hehehe, kan memang itu tujuan saya datang.

Perfect Ten malam itu cukup bikin saya nganga. Yah, saya kan bukan anak gaul, hehehe, nggak pernah sekalipun liat band yang bawain lagu2 Pearl Jam secara live, paling banter nonton DVD PJ Nite V. Meski Dini dan Nilam bilang ini masih belum ada apa-apanya, karena sound systemnya kedengeran nggak bagus dan performa Hasley si vocalist lagi nggak sebagus sebelum-sebelumnya. Whuaat? Ugh, makin nyesel aja nih nyangkut di pulau seberang, hihihi. Life’s full with choiches, indeed.

Katanya sih Perfect Ten rencananya mau bawain 52 lagu, waaaks! Mau sampe jam berapa ini? Gilak! Udah jam setengah dua belasan aja baru dinyanyiin 20an lagu. Halah, bodo amat dah pulang jam berapa, sekuatnya ajah hehehe. Vocalist Perfect Ten ada dua, Hasley dan Deddot, dua2nya saling mengisi menurut saya. Hasley yang bawaannya petakilan, mirip kutu loncat, nggak bisa diam, serta lucu, dan hapal hampir semua lagu2 yang dibawakannya, mendominasi lagu yang teriak2. Sementara Deddot yang lebih kalem kebagian tugas bawain lagu2 yang suram merenung. Nothingman gilak syahdu banget dah. Selain Nothingman banyak banget lagu2 favorit lain yang dimainin. Ada Breath, I’m In Hiding, Smile, Corduroy, Nothingman, Betterman, Alive, Black, Dissident, Immortality, bahkan Society dibawain juga. Hahaha tapi ada juga lagu yang belum pernah saya dengar tapi sempet baca di status facebook anak2 PJID, kayak Marker In The Sand, wuiih ternyata keren banget lagunya, dibawain sama Ryo, vocalist band Jimmu.

Dini bilang biasanya di setiap event PJID pasti ada unsur kejutannya. Kali ini surprisenya adalah si Pohon Tua Dankie. Wih, nggak nyangka dia datang dan menyumbangkan lagu! Hahaha, saya bener2 nganga kali ini. Dankie bahkan sempat duet gitar dengan gitaris Perfect ten, kalo nggak salah Nito namanya, dashyat bangetlah….

Ujung-ujungnya kegiatan saya kemudian adalah mondar-mandir, antara pengen liat Perfect Ten dari dekat dan nongkrong bareng cewek2 PJID, tapi juga pengen kongkow sama temen2 meski salah satunya sudah teler duluan, hahaha! Yang saya sesalkan cuman satu: saya lupa beli batere kamera! Anjrit… dari sekian hal yang saya berusaha atur dan jaga supaya semua berjalan dengan smooth, ternyata adaaaa… aja yang lupa, ugh! Jadi cuman menghasilkan sedikit jepretan pun cuman sedikit itu juga nggak maksimal, aarrrggh! Apalagi saya juga nggak sempet berjepret ria dengan cewek2 PJID terutama Dini yang udah barengan dari Bandung, @!##%$%$.....

Udah sekitar setengah tiga, saya dan Lilia sudah nggak tahan dengan asap rokok. Mata saya terus2an berair dan kami memutuskan pulang. Pamit dengan Dini, salam buat anak2 yang lain, meski banyak juga anak2 PJID yang sudah pulang. Besok kan masih hari kerja, taww! :p

Kamis, jam 03.00 wib, Kompleks Panorama-Kemang :
Saya numpang nginap di rumah sobat lama di daerah Kemang, Ema. Cuman sepuluh menit dari The Rock Café. Baru nyampe, ngobrol dikit, dan saya langsung tewas dengan sukses. Sorry, Em! Mungkin kamu juga bingung kenapa saya  tewas dengan cengiran di bibir, hehehe, bagaimana tidak, saya sudah memperoleh malam yang luar biasa dan dua hari berikutnya jadwal saya sudah penuh untuk ketemuan dengan sahabat2 lainnya. I love you all, guys!! Pokoke bener2 paket tiga hari mudik yang luar biasa, makasih ya bos, sering2 ajah hehehe….
Share/Bookmark

Tuesday, May 3, 2011

Bayi Anda Penonton Pasif?

Di usia mereka yang masih balita, Ozza dan Naula sudah menjadi pecinta film. Setiap hari saya membereskan koleksi film mereka, tapi baru kali ini saya terbersit untuk menuliskannya. Awalnya saya memang bangga bahwa saya punya cara untuk membuat mereka diam barang sebentar, dan mereka lumayan jarang menonton tivi yang banyak iklan yang bisa merusak kemampuan konsentrasi mereka. Tapi beberapa hari yang lalu di koran saya menemukan istilah yang agak membuat was-was: PENONTON PASIF. Oh my God! Kedengarannya saja sudah tidak mengenakkan di telinga dan tanpa mencari tahu lebih banyak, saya langsung ngerti bahwa saya harus membuat keputusan penting yang bakal mengecewakan anak2. Mengurangi jatah mereka nonton film!

Tentu saja mereka protes berat, tapi untungnya mereka mau mengerti, dan uwak Nah, sepupu jauh ibu yang bersedia menemani anak2 kalau saya dan Ivan bekerja, juga mau bekerja sama. No more movies or games for schoolday. Ini sudah berjalan sekitar seminggu dan ujung2nya malah saya yang nggak tega. Apalagi habit ayahnya yang nggak bisa lepas dari tivi juga ikut berpengaruh. Sedikit membuat stres. Ingin yang terbaik buat anak, tapi tekad kami nggak sekuat itu. Kami hanya ingin mereka bahagia. Apalagi setelah saya analisa secara abal-abal, kuncinya adalah mencari film yang membuat mereka menjadi penonton aktif. Hehehe.

Salah satunya adalah tokoh kartun bernama Mumu. Ia makhluk lucu mirip ikan lumba-lumba tapi punya kaki, tinggal sendirian di pulau Muwa yang sepi yang hanya ditumbuhi sebatang tunas yang bisa mengeluarkan nectar (minuman yang sangat lezat) yang menjadi makanan Mumu. Meski sendirian Mumu tak pernah kesepian karena banyak hewan2 lain yang mampir ke pulau, mulai dari ulat bulu, kepiting, kunang2, bebek mainan, sampai ikan paus. Serial home video berjudul MumuHug ini saya temukan di hamparan CD-CD film yang didiskon di Gramedia. Saya tertarik saat membaca gambaran tokohnya :

“Mumu adalah makhluk tak berdosa, manis dan mudah penasaran yang hidup sendiri di suatu pulau di tengah lautan – dan sangat suka memeluk! Ingatlah, Mumu akan selalu ada di hatimu dan siap untuk memberikan pelukannya yang hangat!”

 pic source : kidmango.com

Hmm, lumayan kan? Waktu itu saya pikir pelukan yang hangat pastilah dibutuhkan untuk membentuk kepribadian anak yang hangat. Pribadi yang hangat pastilah disukai oleh semua orang bukan? Dan saya ingin anak-anak itu disukai banyak orang tidak hanya dari kecerdasannya, tapi lebih utama dari pribadinya yang hangat. Well, sebenarnya saya sendiri pribadi yang cuek sih, hehehe, tapi saya bisa berpura-pura hangat jika situasi mengharuskan begitu. Hihihi. An antisocial person wanna make a social person. Yup, bahkan penderita sinisme akut seperti saya pun mengakui kalau being a social person is definitely more fun!

Bagaimana film ini membuat anak2 menjadi penonton aktif? Well, ceritanya sederhana, lucu, tapi ada beberapa hal baru yang bisa menambah wawasan mereka. Bahwa Mumu yang tinggal sendirian di pulau pasti mengundang berjuta pertanyaan. Benar saja. Ozza yang kritis segera nyerocos. Seperti : kenapa Mumu tinggal sendirian di pulau? Orangtuanya kemana? Terus yang cariin makan siapa? Kok bisa Mumu cari makan sendiri? Apa dia nggak mau minum susu? Mumu itu binatang ya? Mukanya seperti lumba-lumba tapi kok punya kaki? Kok dia nggak bisa ngomong? Fiuuuh, melelahkan! Tapi inilah yang saya suka. Memaksa saya untuk kreatif mencari jawaban yang mudah dicerna oleh anak2. 

Meski kami bukan orangtua yang sempurna, khusus untuk yang satu ini saya dan Ivan bertekad untuk terus berusaha menjawab pertanyaan mereka selogika mungkin, seserius mungkin, nggak ngasal, sejak mereka sudah pintar bertanya, karena kami ingin mereka tetap kritis dan terbuka hingga dewasa. Gara-gara ada beberapa anak teman yang tadinya sewaktu kecil bersemangat tanya apa saja, tapi setelah besar jadi pendiam dan malas bertanya hanya karena orangtuanya malas dan capek menjawab, karena pertanyaannya itu-itu saja. Padahal kenapa mereka menanyakan hal yang sama adalah karena belum tergambar jelas di otak kecil mereka kenapa bisa begini, kenapa bisa begitu. Sementara orangtua hanya memberikan jawaban setengah-setengah dan berharap anaknya cukup dengan jawaban itu. Ujung2nya si anak jadi malas bertanya karena malas dijawab. Generasi yang malas bertanya adalah yang tidak kita inginkan bukan? Memang sih, nggak semua pertanyaan memusingkan itu bisa saya jawab. Mentok-mentoknya paling saya bilang jujur nggak tahu dan menyemangati mereka kalau nanti di SD atau SMP atau SMA atau kuliah pasti mereka belajar hal itu. Hihihi.

Kembali ke soal film yang membuat anak menjadi penonton aktif, mungkin sebenarnya sebagian besar film anak2 membuat efek yang sama asalkan ada pendampingan dari kita. Tapi ini lebih melelahkan dan terkadang kita nggak punya waktu. Kita harus ikutin filmnya, inti ceritanya, makna ceritanya kalau ada, syukur2 tuh film berbahasa indonesia jadi kita nggak usah susah payah menjabarkan maksud dan jalan ceritanya. Atau sekalian tokohnya nggak bisa ngomong aja, jadi biar si anak representasiin sendiri dunianya. Hehehe. Nah, sebagai orangtua yang nggak sempurna, tentu saja saya nggak mendampingi mereka saat menonton sebagian besar film. Saya hanya memfilternya lebih dulu si film kira2 cocok nggak buat mereka, atau membahasnya setelah kami bertemu. Tapi ada juga film yang perlu pendampingan dan penegasan pemahaman. Yah, setidaknya saya tetap berupaya kan? :p
 
Oya, mau tahu daftar film Ozza & Naula selengkap apa? Let’s see, pertama kategori aman (nggak perlu pendampingan) & edukatif: selain MumuHug (6), ada Pocoyo (4), Barney (2), Dora (3), Diego (1), Serial Kisah Nabi & Rasul (12), Serial Tupi & PingPing (10), Paddle Pop (3), Teletubbies (4), Cotoons (5), Elmo’s World (8), Brainy Baby (5), Baby Einstein (2), Mimi Kelinci (3), Postman Pat (2), Dive Olly Dive (6), Upin Ipin (5), Serial Cerita Rakyat (15), Barbie (2), Thomas & Friends (1), The Backyardigans (1), Serial Film Musikal Anak (2), George of The Jungle (2). Kategori kedua adalah tidak aman (perlu pendampingan) & non edukatif : Ben 10 (1), Bernard Bear (1), Little Khrisna (1), Bimasakti (1) dan SpongeBob (1). Sementara sisanya adalah film anak2 yang pernah ditayangkan di bioskop. Ada Shrek 1 s.d 4, The Incredibles, Finding Nemo, Curious George, Ice Age 1 & 2, Madagascar 2, Monster Inc., Rapunzel a Tangled Tale, Peterpan 1 & 2, The Nut Cracker, Ponyo, How to Train Your Dragon, Monster House, dan Narnia. Belum lagi film2 rental Odiva yang mereka bahkan juga ikut berlangganan, atau CD2 film bonus dari susu kaleng dan buku cerita. Totalnya sekitar 140 CD, phweww!! Mungkin kami benar-benar keterlaluan mendidik mereka sebagai pecinta film, ya? :))
Share/Bookmark

Monday, May 2, 2011

Nemu Harta Karun



Yang pasti, yang nemu bukan saya hehehe. Ibu saya pernah bercerita, saat suatu kali beliau bertemu dengan pembeli rumah pertama kami di Cirebon, kami sudah pindah ke Bekasi, si pembeli mengaku telah menemukan harta karun dua karung besar di loteng rumah. Ibu sangat terkejut karena merasa tidak punya harta karun apa-apa, apalagi pake disimpen di loteng segala. Si pembeli tertawa dan bilang bahwa itu isinya buku semua, anaknya benar2 kegirangan mendapat hadiah segitu banyak. Ia bahkan bertanya bolehkah menyimpan harta karun itu. Ibu saya yang baik hati tentu membolehkan.

Satu-satunya yang sedikit kesal dengan cerita ibu adalah saya. Betul kata si pembeli, bahwa itu adalah harta karun. Majalah Bobo periode dua tahun. Saya waktu itu masih kelas 2 SD dan nggak tahu kenapa majalah2 itu menghilang setelah pindahan. Satu-satunya tersangka adalah bapak, karena bapak tipe yang nggak mau repot, pasti beliau yang menyembunyikannya di loteng sebelum saya sadar dan memaksa membawa semua  bundelan itu.

Mungkin kami memang sedikit beruntung dibanding anak-anak kecil lain waktu itu, tapi saya pikir nggak juga. Karena Bapak hanya bersedia berlangganan Majalah Bobo dan kami sama sekali tidak tahu apa itu Lima Sekawan, Trio Detektif, Hans Christian Andersen, Enid Blyton, Agatha Christie, dsb. Kami juga nggak pernah diajak jalan-jalan ke toko buku. Perpustakaan sekolah pun isinya hanya buku-buku jadul macam Layar Terkembang, Siti Nurbaya yang saya nggak suka, atau Majalah si Kuncung yang merupakan majalah langganan perpustakaan. Acara tivi masih terbatas, sementara kami lumayan tidak boleh keluyuran kemana-mana meski bersama teman sekolah. Informasi benar-benar terbatas. Sangat tidak menggairahkan.

Hingga saya pertama kali masuk SMP. Bapak memberi hadiah jalan-jalan ke Gramedia dan boleh memilih satu buku apa saja. Wuih, pengalaman itu begitu membekas. Betapa adrenalin saya terpacu untuk mencari  satu buku terbaik di antara lautan buku yang saya tak tahu, semuanya kelihatan sangat menggoda. Betapa dunia ini luas terbentang dan yang saya tahu hanyalah Majalah Bobo. Setelah pergulatan cukup lama, yang saya pilih akhirnya adalah sebuah buku tebal berwarna hijau pupus, dengan cover bayangan seorang pria bertopi dan cerutu di mulutnya. The Return of Sherlock Holmes. Definitely my beloved first book. Suatu hari saya akan membahasnya secara khusus di sini.

Pengalaman itu nyaris seperti trauma. Bahwa saya bertekad untuk tidak mengulangi kealpaan Bapak. Membawa anaknya ke toko buku baru pada usia sedewasa itu. Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada Ozza. Saya bahkan memilihkan buku pertamanya sebelum ia sempat bisa. Hehehe. Saat itu ia berusia enam bulan. Sudah bisa duduk dan menikmati dongeng. Serial Mengenal Binatang karya Sterling adalah buku pertamanya. Ia sangat menyukainya. Hasilnya kata pertamanya adalah ku-da. Bukan ibu, mama atau ayah. Hihihi.

Buku-buku berikutnya tetap saya yang memilihkan hingga tiba saatnya Ozza TK Besar. Setiap ke toko buku, ia membuka-buka buku, menimbang-nimbang mana yang ia pilih dengan sangat percaya diri. Kesukaannya adalah buku-buku yang aneh, yang ada mainannya. Entah itu pop-up book, buku bersenter, atau buku ajaib lainnya yang saya bahkan heran kok ada penulis sekreatif itu. Sementara Naula meski belum sekolah, ia ingin kelihatan sudah besar seperti kakaknya. Jadi ia juga sering memilih sendiri bukunya. Kesukaannya adalah buku-buku yang cantik atau buku yang bercover binatang selembut boneka-bonekanya. Hihihi. Pokoknya saya berikrar: kedua krucil ini akan saya bentuk menjadi monster pemburu harta karun yang rakus, deh! :p
Share/Bookmark