Tuesday, August 17, 2010

Pidato Seorang Severn Suzuki

Halo, nama Saya Severn Suzuki, berbicara mewakili E.C.O - Enviromental Children Organization. Kami adalah kelompok dari Kanada yg terdiri dari anak-anak berusia 12dan 13 tahun, yang mencoba membuat perbedaan: Vanessa Suttie, Morga,Geister, Michelle Quiq dan saya sendiri.


Kami menggalang dana untuk bisa datang kesini sejauh 6000 mil. Untuk memberitahukan pada anda sekalian orang dewasa bahwa anda harus mengubah cara anda, Hari ini Disini juga. Saya tidak memiliki agendatersembunyi. Saya menginginkan masa depan bagi diri saya saja. Kehilangan masa depan tidaklah sama seperti kalah dalam pemilihan umum atau rugi dalam pasar saham. Saya berada disini untuk berbicara bagisemua generasi yg akan datang.

Saya berada disini mewakili anak-anak yg kelaparan di seluruh dunia yang tangisannya tidak lagi terdengar. Saya berada disini untuk berbicara bagi binatang-binatang yang sekaratyang tidak terhitung jumlahnya di seluruh planet ini karena kehilangan habitat nya. Kami tidak boleh tidak di dengar.

Saya merasa takut untuk berada dibawah sinar matahari karena berlubang nya lapisan OZON.
Saya merasa takut untuk bernafas karena saya tidak tahu ada bahan kimia apa yg dibawa oleh udara.

Saya sering memancing di Vancouver bersama ayah saya, hingga beberapatahun yang lalu kami menemukan bahwa ikan-ikannya penuh dengan kanker.Dan sekarang kami mendengar bahwa binatang-binatang dan tumbuhan satupersatu mengalami kepunahan tiap harinya - hilang selamanya.

Dalam hidup saya, saya memiliki mimpi untuk melihat kumpulan besarbinatang-binatang liar, hutan rimba dan hutan tropis yang penuh denganburung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang saya tidak tahu apakah hal-haltersebut masih ada untuk dilihat oleh anak saya nantinya.
Apakah anda sekalian harus khawatir terhadap masalah-masalah kecil iniketika anda sekalian masih berusia sama seperti saya sekarang?

Semua ini terjadi di hadapan kita dan walaupun begitu kita masih tetapbersikap bagaikan kita masih memiliki banyak waktu dan semuapemecahannya. Saya hanyalah seorang anak kecil dan saya tidak memilikisemua pemecahannya tetapi saya ingin anda sekalian menyadari bahwa andasekalian juga sama seperti saya!

Anda tidak tahu bagaimana caranya memperbaiki lubang pada lapisan ozon kita.Anda tidak tahu bagaiman cara mengembalikan ikan-ikan salmon ke sungai asalnya.Anda tidak tahu bagaimana caranya mengembalikan binatang-binatang yang telah punah. Dan anda tidak dapat mengembalikan hutan-hutan seperti sediakala di tempatnya yang sekarang hanya berupa padang pasir. Jika anda tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya.TOLONG BERHENTI MERUSAKNYA!

Disini anda adalah deligasi negara-negara anda. Pengusaha, anggotaperhimpunan, wartawan atau politisi - tetapi sebenarnya anda adalahayah dan ibu, saudara laki-laki dan saudara perempuan, paman dan bibi -dan anda semua adalah anak dari seseorang.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun saya tahu bahwa kita semuaadalah bagian dari sebuah keluarga besar, yang beranggotakan lebih dari5 milyar, terdiri dari 30 juta rumpun dan kita semua berbagi udara, airdan tanah di planet yang sama - perbatasan dan pemerintahan tidak akanmengubah hal tersebut.

Saya hanyalah seorang anak kecil, namun begitu saya tahu bahwa kitasemua menghadapi permasalahan yang sama, dan kita seharusnya bersatuuntuk tujuan yang sama. Walaupun marah, namun saya tidak buta, dan walaupun takut, saya tidak ragu untuk memberitahukan dunia apa yang saya rasakan.

Di negara saya, kami sangat banyak melakukan penyia-nyiaan, kamimembeli sesuatu dan kemudian membuang nya, beli dan kemudian buang.Walaupun begitu tetap saja negara-negara di utara tidak akan berbagidengan mereka yang memerlukan.Bahkan ketika kita memiliki lebih dari cukup, kita merasa takut untukkehilangan sebagian kekayaan kita, kita takut untuk berbagi.Di Kanada kami memiliki kehidupan yang nyaman, dengan sandang, pangandan papan yang berkecukupan - kami memiliki jam tangan, sepeda,komputer dan perlengkapan televisi.

Dua hari yang lalu di Brazil sini, kami terkejut ketika kami menghabiskan waktu dengan anak-anak yang hidup di jalanan. Dan salahsatu anak tersebut memberitahukan kepada kami: "Aku berharap aku kaya ,dan jika Aku kaya, Aku akan memberikan anak-anak jalanan makanan,pakaian dan obat-obatan, tempat tinggal, cinta dan kasih sayang."

Jika seorang anak yang berada dijalanan yang tidak memiliki apapun,bersedia untuk berbagi, mengapa kita yang memiliki segalanya masih begitu serakah? Saya tidak dapat berhenti memikirkan bahwa anak-anak tersebut berusiasama dengan saya, bahwa tempat kelahiran anda dapat membuat perbedaanyang begitu besar. Bahwa saya bisa saja menjadi salah satu darianak-anak yang hidup di Favellas di Rio; saya bisa saja menjadi anakyang kelaparan di Somalia; seorang korban perang timur tengah atau pengemis di India.

Saya hanyalah seorang anak kecil namun saya tahu bahwa jika semua uang yang dihabiskan untuk perang dipakai untuk mengurangi tingkatkemisikinan dan menemukan jawaban terhadap permasalahan alam, betapa indah jadinya dunia ini.

Di sekolah, bahkan di taman kanak-kanak, anda mengajarkan kami untukberbuat baik. Anda mengajarkan pada kami untuk tidak berkelahi denganorang lain.Mencari jalan keluar, membereskan kekacauan yang kita timbulkan.Tidak menyakiti makhluk hidup lain, berbagi dan tidak tamak.

Lalu mengapa anda kemudian melakukan hal yang anda ajarkan pada kami supaya tidak boleh dilakukan tersebut? Jangan lupakan mengapa anda menghadiri konferensi ini. Mengapa anda melakukan hal ini - kami adalah anak-anak anda semua. Anda sekalianlahyang memutuskan dunia seperti apa yang akan kami tinggali. Orang tua seharusnya dapat memberikan kenyamanan pada anak-anak mereka dengan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja", "Kami melakukan yang terbaik yang dapat kami lakukan" dan "Ini bukanlah akhir dari segalanya".

Tetapi saya tidak merasa bahwa anda dapat mengatakan hal tersebut kepada kami lagi. Apakah kami bahkan ada dalam daftar prioritas anda semua? Ayah saya selalu berkata "Kamu akan selalu dikenang karena perbuatan mu bukan oleh kata-katamu" Jadi, apa yang anda lakukan membuat saya menangis pada malam hari. Kalian orang dewasa berkata bahwa kalian menyayangi kami. Saya menantang A N D A , cobalah untuk mewujudkan kata-kata tersebut. Sekian dan terima kasih atas perhatiannya.

............................................

Severn Cullis-Suzuki telah membungkam 1 ruang sidang Konfrensi PBB, membungkam seluruh orang-orang penting dari seluruh dunia hanya dengan pidatonya. Setelah ia selesai membaca pidatonya selesai serempak seluruh orang yang hadir di ruang pidato tersebut berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah kepada anak berusia 12 tahun itu. Dan setelah itu Ketua PBB mengatakan dalam pidatonya..

"Hari ini saya merasa sangatlah malu terhadap diri saya sendiri karena saya baru saja disadarkan betapa pentingnya lingkungan dan isinya di sekitar kita oleh anak yang hanya berusia 12 tahun yang maju berdiri di mimbar ini tanpa selembar pun naskah untuk berpidato, sedangkan saya maju membawa berlembar naskah yang telah dibuat oleh assisten saya kemarin. Saya ... tidak, kita semua dikalahkan oleh anak yang berusia 12 tahun ........"


Share/Bookmark

Monday, August 9, 2010

Jomblo Note

Suatu hari gue nyambangin gramed dan nemu buku ini. Panduan Pakar untuk Menyelesaikan Segala Urusan Dengan Cepat : 100 Cara Membuat Hidup Lebih Efisien. Suami ngetawain aja, ngapain sih gue beli buku gituan. Dia buka buku secara acak dan langsung tambah ngakak nemuin judul2 seperti cara efisien menjual rumah, mendapatkan pinjaman ke bank, memilih pakaian etc. Kayak gitu aja kok mesti baca buku, katanya. Ha-ha-ha. Emang sih aneh n’ maybe mubajir, tapi sebagai pemuja keefisienan, gue ngerasa masih nggak ahli, coz masih aja berkutat soal detail, padahal itu tuh yg bikin kita buang-buang waktu. Jadi apa salahnya sih kita pengen referensi. Gitulah pembelaan gue kira-kira. So anyway, buku itu kebeli dan langsung dibaca. HAHAHAHA. Isinya bener2 100 cara efisien untuk 100 masalah dunia. Tapi yah meski awalnya gue ngerasa rugi pas ngebaca judul2nya, iya bener juga suami gue, ngapain juga gue beli buku yang ngajarin tentang urusan ngebersihin rumah, nyetrika, nemuin barang ilang, terus urusan kerjaan kayak meraih sukses, mengarungi samudra informasi, sampe urusan siap2 di pagi hari. Terus ngebahas urusan pikiran juga, gimana cara berkonsentrasi dengan efisien, berpikir cepat, menilai sifat orang sampe memerangi jerawat. HAHAHA. Tapi okelah gue kasi kesempatan lagi sama si buku kecil merah. Gue baca dan baca, sampe akhirnya tau2 udah magrib. Wedeeeeeh. Lumayan juga info2nya. Banyak yang belum gue tahu dan banyak lagi yang belum nyampe ke otak gue. Hebat juga si pengarangnya, Samantha Ettus. Jadi ceritanya dia nggak ngajarin orang2 tentang bagaimana menyelesaikan 100 urusan dunia tadi, tapi dia serahin langsung ke pakarnya, ke profesionalnya, orang2 yang emang tiap harinya ngurusin ke-100 hal tersebut. Kayak urusan membeli dan menjual rumah, dia tanya langsung ke raja propertinya. Urusan mencuci pakaian, dia ke ahli perawatan kain. Mengiris sayuran langsung ke koki terkenal. Mempersingkat waktu meeting langsung ke CEO terhebat, mengatasi rasa takut ke psikolog, sampe urusan travelling dia serahin ke orang National Geographic. Great pokokelah. Sampel pertama aja, gimana caranya berpikir cepat. Langkah awal adalah mempelajari perilaku manusia, dengan cara mengamati orang2 di sekitar. Dari situ kita bisa nyimpulin bahwa ternyata pola manusia itu bisa diramalin, bisa diantisipasi. Dari situ bisa membantu kita bereaksi lebih cepat. Hehehe. Nggak sombong nih, gue sih lumayan bisa lah untuk berpikir cepat, tapi baru tau ternyata ada ilmunya juga untuk yang ginian. Usefull lagi.

Nah, sampel kedua adalah alasan kenapa gue bikin notes ini. Hehehe. Buku ini juga ngebahas bagaimana cara efisien mencari jodoh. Hahaha. Emang sih kayaknya absurd karena jodoh kan urusan Tuhan, gimana caranya kita bisa mengefisienkan hal tersebut? Tapi, ternyata isinya lebih bagus dari yang gue duga. Bener2 masuk akal dan sangat mungkin ternyata untuk mengefisienkan hal absurd seperti urusan cinta. Nah, di notes ini gue pengen berbagi buat temen2 jombloners, suer deh, bukannya berniat aneh2, tapi gue bener2 concern sama lo2 semua. Just open your mind, ok and have fun to read it ;D.

Urusan nyari jodoh ini dipakarin Janis Spindel, pendiri Janis Serious Matchmaking yang udah nulis buku macem2 dan udah nyomblangin sekitar 800 perkawinan. Katanya, bayangin aja lo lagi ngejalanin suatu misi. Jadi luangin waktu, perhatian dan pikiran untuk misi ini, sama seperti kalo lo pengen naik jabatan, ngubah karier, atau latihan lomba maraton. Cari jodoh sama aja, tapi lebih penting!

Dia punya 5 panduan dan sebelum ngejalanin semuanya, katanya lo mesti MAU untuk Fokus dan Siap menjajaki semua opsi. Kalo lo oke, baca dah! :D

Pertama, nilai diri sendiri. Lo berdiri depan kaca. Lo nilai sendiri penampilan lo. Apa udah yang terbaik? Keliatan sehat dan bugar? Keliatan rapi? Boleh juga mengikuti gaya masa kini, tapi yang penting adalah rapi. Karena penampilan itu penting. Karena ini modal agar dapat bersaing dalam dunia asmara dan menarik jenis orang yang lo pengenin.

Kedua, mesti realistis. Apa sih yang lo harapin dari pasangan hidup? Sesuai nggak dengan gaya hidup dan hakikat diri lo? Susun daftar kualitas yang lo pengenin, jujur ttg apa yang lo pengen cari dan siapa yang kira2 tertarik sama lo. Karena lo nggak akan pernah nemuin orang yang lo cari kalo lo nggak tau siapa yang lo mau cari, kan?

Ketiga, mesti ramah. Pastiin sikap dan bahasa tubuh lo nampilin gaya “siap menikah”. Jadi lo mesti mudah dideketin, terbuka dan ramah. Nyapa lawan jenis. Bersikap nyaman dan percaya diri, keluarin sikap ceria. Dan jangan lupa, lo mesti nampilin situasi yang nunjukin kalo lo “lajang”, bukan nunjukin kalo “lo udah ada yang punya” atau lo cuman pengen “berteman” aja sama dia. Gaul dah pokoknya!

Keempat, mesti proaktif. Maksudnya pake tiap opsi yang ada. Misalnya ikutan semua kegiatan yang memungkinkan untuk ketemu orang lain, seperti klub hobi, acara2 ngumpul atau gabung si situs kencan internet (tapi jangan ngarepin keajaiban, ada yg sukses, ada yg nggak, internet cuman salah satu opsi yang bisa dijajakin), atau kalo mau yang lebih ekstrem ya ikutan ajang cari jodoh (periksa dulu reputasinya). Intinya aktif nyari dimana aja. Who knows, right?

Kelima, jangan buang waktu dalam hubungan yang jalan di tempat. Jangan kencan sama orang yang nggak fokus ke pernikahan. Jangan bertahan hanya karena hubungan itu fun. Omong kosong kalo ada yg bilang perlu waktu lama untuk pacaran, untuk tahu siapa dia. Khususnya untuk lo yang udah nyampe umur tertentu (tiga puluhan) dan udah berkelana di dunia kencan sepuluh tahunan, kayaknya nggak perlu lagi lah pacaran sampe setahunan hanya untuk nentuin apakah dia memang orang yang pas. Mestinya lo udah tau apa yang lo inginkan, dan di saat lo ketemu sama dia, lo udah tau bahwa lo udah nemuin orangnya. Satu lagi, lebih baik nyingkir kalo liat bendera merah atau tulisan tangan di dinding – artinya kalo si dia nggak niat hubungan serius, atau kalo dia punya masalah keuangan or pekerjaan, atau kalo hati kecil lo ngebisikin bahwa dia bukan orang yg tepat. Just trust your insting. Tentukan kerangka waktu, misalnya dalam waktu 3 bulan lo udah tahu dia layak dijadiin pasangan hidup, ya lo mesti ngebicarain hal itu. Mulai dengan pernyataan seperti ini : “Kita ternyata punya nilai2 yang sama, nih, jadi mau kemana tujuan kita selanjutnya?”

Terakhir, kalo lo udah lamaran, masa tunangan harusnya jangan lebih dari 6 bulan. Atau lebih bagus lagi langsung aja nikah. Ngapain nunggu? Tuntasin misi lo dan jalanin kehidupan bersamanya! Deal? Good luck, brur…. ;D

Share/Bookmark

Miss Jinjing


Di Jakarta, jika ada diskon Bottega Venetta di Senayan City, meski harganya sampai 40 juta per biji, jualan tetap aja laris manis tanjung kimpul. Jika dulu pembelinya hanya dari Jakarta, kini didominasi oleh orang-orang berlogat Jawa Timur, Medan dan Palembang. Cukup banyak remaja Indonesia, SMU atau kuliahan, sering weekend ke Singapura hanya untuk belanja. Mereka selalu bergerombol dan masing-masing selalu membeli tak hanya 1 item tapi banyak. Seorang Beauty Assistant di butik terkenal Amrik mampu menyebut dengan fasih nama-nama pelanggan Indonesia-nya yang umumnya pejabat atau mantan pejabat, beserta nama-nama keluarganya. Butik Aigner di Jerman pernah dibuat heboh oleh seorang Nyonya mantan pejabat Indonesia yang membeli 80 tas hanya untuk ‘oleh-oleh keluarga di kampung’ dimana harga paling murah tas di butik tersebut senilai 6 juta rupiah, maka si Nyonya menghabiskan sekitar 640 juta rupiah hanya untuk oleh-oleh. Belum lagi sebelumnya si Nyonya telah membeli sebanyak 40 tas Hermes. Di kamar pribadi seorang Nyokap Indonesia, yang rumahnya bigos –oh big sekali-, terpajang lemari khusus tas-tas koleksinya, sepanjang 10 meter, tinggi 3 meter, sebanyak 5 tingkat. Isinya berbagai tas merek ternama, paling sedikit 200 tas. Semua warna di semua model, ada. Dari yang klasik sampai limited edition, she’s got all. Hebatnya lagi, semua tas-tas mewah itu tidak pernah dipakai, hanya dipandangi kagum, dilap-lap, dielus-elus. Lainnya, menurut pengakuan Sales Attendant di Hermes, salah satu kolektor terlengkap tas Hermes adalah seorang ibu mantan pejabat setingkat menteri di Indonesia, sedikitnya beliau memiliki 30 pcs, sementara harga tasnya bisa 50 juta/pcs. Jadi nilai investasinya mencapai 1,5 milyar! Ckckckck…



Inilah yang dipaparkan Mrs Amelia Masniari dalam bukunya, Miss Jinjing – Belanja Sampai Mati. Saya meminjamnya dari seorang teman, Menik, Sabtu kemarin. Judulnya cukup unik. Begitu juga covernya. Seorang perempuan yang tengah ngelirik ke atas dengan timbunan bermacam tas belanja di sekelilingnya, yang jika timbunan tas itu dibuka, masih terdapat aneka tas belanja di baliknya. Saya pikir buku ini mungkin akan selucu Becky Blomwood, si shopaholic dari London karakter khayalan my favorite writer, Sophie Kinsella. Nyatanya sama sekali tidak selucu dan semenarik Blomwood, karena buku ini bahkan bukanlah novel, isinya hanya berbagai pengalaman belanja seorang Amelia dan teman-temannya. Bagaimana orang Indonesia memang benar-benar gila belanja. Yang tidak hanya eksis di kawasan belanja Asia, tapi juga Amrik dan Eropa. Dan inilah yang membuat saya terheran-heran sampai terjijik-jijik sendiri. Maaf. Bukannya saya anti-kemapanan, saya toh sangat menikmati kenyamanan, tapi dalam level berbeda. 6 juta rupiah bagi saya lebih bagus dipake buat travelling ke luar negeri, hunting konsernya Pearl Jam. 50 juta rupiah bagi saya lebih baik untuk memulai bisnis. 640 juta rupiah bagi saya lebih potensial diinvestasikan ke rumah atau tanah, dan 1,5 milyar? Hmm… mungkin saya hanya menyimpannya di bank, sampai ada kebutuhan yang masuk akal memerlukannya.

Oke, level saya mungkin baru mencapai kebutuhan sekunder, dan orang-orang Indonesia gila belanja itu mungkin sudah mencapai level tersier, atau mungkin beberapa belum karena mereka memang umumnya di luar kesadaran saat melihat tulisan SALE, sementara begitu buanyak orang Indonesia lainnya masih merangkak untuk mencapai level primer, yaitu makan apa hari ini, jadi patut dimaklumi segila apapun tingkah orang-orang yang diceritakan dalam buku ini, apalagi itu uang-uang mereka juga, ngapain diambil ribet, ya kan? Kalo saya yang ditanya begitu, pastinya saya jawab, ya enggaklah, ini penting dibikin polemik. Nilai investasi katanya. Bah! Memangnya bener-bener ada orang gila barang mewah yang rela melepas barang-barang pujaannya suatu hari nanti, bahkan setelah barang-barang itu nggak muat lagi atau saat dia bangkrut? Hmm mungkinkah orang-orang ini bangkrut? Kayaknya dengan lakunya kapitalisme, yang ada juga orang kaya makin kaya, orang miskin makin miskin. Mungkin hanya Becky Blomwood yang akan melakukannya, menjualnya saat bangkrut, itu juga karena Becky bukanlah orang kaya, dia hanya orang bergaji biasa-biasa aja yang juga gila belanja dan tersesat dalam penggunaan kartu kredit, daaan ia tidak nyata. Sementara orang-orang kaya yang gila belanja barang mewah ini? Nggak mungkin barang-barang itu dijual lagi. Paling hanya dijadikan pajangan di rumahnya, dibikin lemari khusus, mungkin lima tingkat, hanya dipandangi, dilap-lap, dielus-elus. Mestinya orang-orang Indonesia gila barang-barang mewah itu bisa disadarkan, entah gimana caranya, mungkin dengan menaikkan pajak barang mewah? Meski Indonesia sudah merupakan negara dengan pajak barang mewah tertinggi di dunia, saya sangat setuju jika harganya dinaikkan lagi. Sori, guys, maybe I agree with communist, tapi saya lebih mengagumi Gandhi dengan ajakan hidup sederhana dan cinta buatan negeri sendirinya.

Si penulis sendiri, Mrs Amelia Masniari, berasal dari keluarga sangat berkecukupan, nenek buyutnya seorang anak residen di Jawa, ayahnya seorang dokter bedah, ia seorang lulusan S2 UI, dan suaminya, dia tidak sekalipun menceritakan pekerjaannya, tapi ia sering bepergian jauh dan lama, dan mampu menghidupinya dengan sering berjalan-jalan keluar negeri serta mengunjungi SALE dimanapun, Eropa, Amrik, dan yang paling sering Asia. Ia memuja sepatu, ia punya perancang favorit, Edo Hutabarat, Ghea dan Oscar, sementara ibu dan saudara perempuannya lebih suka baju rancangan Biyan. Jadi sebagian besar baju-baju dalam lemarinya adalah hasil tangan para perancang terkenal Indonesia tersebut. Favoritnya warna hijau dan anehnya, ia anti kartu kredit. Ia memiliki tiga anak kecil –cowok- yang cukup sering dibawanya shopping ke luar negeri dan punya blog jauh sebelum bukunya terbit dengan judul sama Belanja Sampai Mati.

Bagi anda yang identitasnya shopper sejati, buku ini jelas untuk anda. Selain cerita-cerita di atas, ia juga membahas jadwal musim sale di seluruh dunia, bagaimana membedakan barang imitasi dengan aslinya, tempat penyelundupan berlian di Jakarta, warehouse tas premium palsu, berbagai tips sampai tips shopping di Guangzhou, China, membahas kehidupan kaum gay, karena notabene ia hidup dekat dengan mereka, serta sejumlah jalan keluar berongkos ribuan dolar gimana caranya agar tetap disayang suami.

Tapi nyatanya ada juga yang saya suka dalam buku ini. Ia sempat menyinggung bisnis garmen China dan kebanggaannya akan karya Indonesia . Delapan tahun lalu, saat garmen/tekstil China belum menguasai market dunia, garmen Indonesia ternyata jadi primadona buyer asing karena kehalusan pembuatannya. Tahun 1999-2003, yaitu saat krisis moneter, garmen Indonesia sempat nampang di departemen2 store terkenal Amrik, Paris, Amsterdam, Milan, dll. Tapi di tahun 2003 kita nyaris tidak bisa lagi berkompetisi dengan China dalam hal harga, konsistensi dan produk massal. Jadi satu persatu order tersebut pindah ke tangan China. Di Mangga Dua bursa baju anak-anak bahkan 100% buatan China, kecuali baju muslim. Industri baju kelas menengah ke bawah sudah mati dan tidak sanggup bersaing dengan China. Berbeda halnya dengan sandal atau sepatu, buatan Indonesia lebih enak dipakai, meski harga yang paling murah sekalipun. Selain merajai industri garmen, China juga menguasai industri aksesoris – semua aksesoris jam tangan dan kacamata di Mangga Dua adalah buatan China – juga tas-tas mewah buatan desainer dunia dengan cara membajaknya. Mereka membeli tas-tas tersebut dari desainer aslinya, mempretelinya satu-satu dan membuat copy-paste-nya. Sering juga desainer-desainer top Eropa menyewa pengrajin China, terutama Guangzhou, karena upah mereka jauh lebih murah dan hasil kerjanya pun halus. Mereka dikontrak per musim, dan saat mereka tidak sedang dikontrak, mereka membuat tembakannya. Jenius, kan? Hahahaha.  


P.S : Ada satu lagi. Ceritanya dia pelanggan setia La Mer Mousterizer Gel Cream (katanya ini pelembab terbaik di dunia, harganya USD 230). Satu kali dia sempat pacaran dengan seorang pilot Qantas, dan saat si pilot membelikannya, si pilot nanya2 kenapa itu cream kok bisa semahal itu, saat itu juga si Mrs Amelia ngerasa ilfil dan memutuskannya. Laki-laki kok pelit banget, katanya. Huahahaha. Kasihan juga ya cewek2 manja itu, berpikir bahwa hidup sejatinya adalah La Mer Mouisterizer dan Hermes, c’mon girls, wake up! 

Share/Bookmark

Marriagable


Sebulan yang lalu gue ngobrak-abrik lemari buku seorang teman dan nemuin novel lumayan bagus. Judulnya Marriagable, buah karya Riri Sardjono, 35 tahun, seorang arsitek. Sebenarnya ini buku lama, diterbitkan oleh Gagas Media pada tahun 2006 dalam segmen yang baru gue tau, kamar cewek -semacam chicklit dan bersimbol bantal besar empuk berwarna ungu, cewek banget-, dan masih pada tahun yang sama sudah mencapai cetakan ketiga. Amazing ya untuk tulisan pertama, yang tumben, gue kok sama sekali belum pernah denger namanya, ya? Hehehe. Mungkin ini pengaruh dari kesibukan setingkat menteri bersama dua anak gue yang lucu-lucu serta karir pegawai negeri yang lumayan sepi job deskripsinya.

Buku ini bertokoh seorang Flory, single, 34 tahun, seorang arsitek, cerdas tapi rapuh, dan untungnya memiliki empat sahabat gila tapi kocak setengah mati. Dina si sinis yang seksi, Kika si feminis, Ara yang super romantis, dan Gerry yang diduga gay. Melihat kombinasi ini gue langsung inget Bridget Jones, yang dalam mengarungi kehidupan single-nya yang urakan ditemani tiga sobat setia, Tom yang jelas-jelas adalah gay, Sharon ‘Shazzer’ yang seksi sekaligus feminis, serta Jude yang romantis dan punya pacar Richard si bengis yang sangat tidak tertarik untuk berkomitmen lebih jauh a.k.a menikah.

Gue jadi mikir, apa si Riri memang sengaja mencontek kombinasi itu mentah-mentah, atau memang kehidupan perempuan single mandiri yang smart dan lucu umumnya punya sahabat gay. Tapi gue  jadi makin percaya, bahwa jika ada tiga-empat sahabat yang tengah nongkrong ha-ha-hi-hi dan salah satunya adalah cowok, definitely he’s a gay. Hihihi. Gue sendiri belum pernah punya teman seorang gay dan pembahasan panjang lebar tentang hal yang satu ini tentu saja bukan bermaksud mendiskreditkan, well gue cuma heran dengan kombinasinya, that’s all. :D

Kisahnya sendiri sedikit berbeda dari Bridget Jones, sangat Indonesia asli, tentang Flory yang meski adalah produk perempuan smart jaman kekinian, tapi nggak berdaya ketika dijodohkan maminya dengan Vadin, anak dari teman maminya. Jadi ceritanya berkisar pada pergelutan Flory menemukan kepercayaannya akan cinta dalam diri seorang Vadin. Lumayan membosankan sebenarnya karena Riri kurang menjaga kemenarikan sebuah cerita. Hingga bab penghabisan, yang diobrolkan Flory dan para sahabatnya hanyalah permasalahan Flory. Flory yang dijodohkan, Flory yang dilamar, Flory yang masih perawan, Flory yang punya syarat mau dinikahin asal belum mau melakukan hubungan suami-istri, Flory yang panik ciuman sama Vadin, Flory yang cemburu berat dengan Nadya, eks pacar Vadin, tapi gengsi bilang cemburu hingga bertingkah aneh2, Flory yang akhirnya berhubungan seks dengan suaminya sendiri, dan yang paling membosankan adalah Flory yang meski digempur dengan berbagai fakta dan nasehat bahkan dari maminya sendiri, tetap saja nggak bisa percaya bahwa Vadin mencintainya dan berani mengakui bahwa ia pun mencintai Vadin. Begitu banyak kalimat dan fakta masuk akal yang mestinya dia berhenti dari kebodohannya, tapi tetap saja bebal. Cape banget bacanya. Flory dengan berbagai masalah besarnya.

Padahal sahabat-sahabatnya punya problem jaaauuuh lebih payah. Dina dengan suaminya yang nyata-nyata selingkuh, Ara dengan suaminya yang sering memaki karena tak mengerti bentuk kasih sayang lain, Kika dengan maminya yang ditinggal si papi bersama perempuan yang lebih pantes jadi kakaknya, dan Gerry dengan gaya hubungannya yang berbeda.

Hebatnya lagi, setelah Flory mendengar berbagai masalah teman-temannya, ia masih bisa tetap menangisi problem besarnya itu. Ckckckck. Luar biasa. Egosentris. Sangat tidak level dengan Jones yang jika nongkrong dengan para sobatnya, masing-masing selalu bercerita tentang masalah dirinya, sementara yang lain berupaya mendengarkan dan berdebat memberikan solusi. Bahkan Jones sabar menunggu gilirannya curhat setelah ketiga temannya selesai!

Lalu kira-kira apa ya yang membuat buku ini mencapai cetakan ketiga pada tahun yang sama? Gue yakin loe akan mengenalinya langsung pada bab pertama. Ya, Riri Sardjono punya humor yang sangat khas. Bukan gaya analisa super-lucu-tapi-bener-nya Aditya Mulya dengan Jomblo-nya (my favorite), tapi gaya celetukan-celetukan sadis-sinis-tapi-bener-nya pelawak kelas wahid luar negeri semacam Chandler di film seri komedi Friends atau Shrek.

Black comedy, komedi hitam yang penuh kesinisan dan ironi. Dan Riri sengaja menempelkannya dimana-mana. Jadi meski ngerasa cape ‘ngedengerin’ Flory dengan semua masalah besarnya, gue  sangat terhibur. Dan karena ini buku hasil minjem dan akan dikembalikan, gue nggak bisa menahan godaan untuk ‘menggoreskan oleh-oleh’ alias mengutip banyak diantaranya di sini, sekedar supaya gue nggak lupa dan membaginya dengan kalian semua. Silakan disimak ya, dijamin efeknya bikin mumet lo ilang deeeh hahahaha……

Adegan 1 : Saat Flory tahu maminya menjodohkannya, dengan geram ia mempermasalahkan.
“Kenapa sih gue jadi nggak normal cuma gara-gara gue belom kawin?!”
“Karena elo punya kantong rahim, darling,” jawab Dina kalem. “Kantong rahim sama kayak susu Ultra. Mereka punya expired date.”
“Yeah,” sahut Flory sinis. “Sementara sperma kayak wine. Masih berlaku untuk jangka waktu yang lama.”

Hahaha………………………, bener juga!

Adegan 2 : Saat mereka berempat nongkrong dan Gerry tiba-tiba dipanggil seorang lelaki yang lumayan kiyut dan langsung disambut Gerry dengan gembira.
            “No wonder kita semakin kesulitan mencari lelaki,” kata Kika acuh.
            “Tapi kenapa mereka harus kelihatan menarik?” desah Dina kecewa. “Apa para lelaki cuma dikasih dua pilihan sama Tuhan? Menarik dan gay, atau membosankan dan normal.”

Bwaahahaha……………………………

Adegan 3 : Adegan berikutnya masih lebih lucu setelah tahu bahwa si lelaki kiyut itu, Aldo, ternyata adalah psikolognya si Gerry.
            “Elo punya psikolog?” ejek Kika tergelak.
            “Apa elo nggak tau, punya psikolog itu trend di kalangan masyarakat kelas atas?” sahut Gerry balas mengejek. “Bahkan Aldo sendiri punya psikolog.”
            “Darling, elo percaya sama psikolog yang punya psikolog?” tanya Dina. (Hahaha!) “Tapi yah paling nggak hidup lo jauh lebih beruntung daripada Flory, Ge. Flory harus dicarikan lelaki sama ibunya sementara elo bisa nyari lelaki sendiri.”

Huwahahaha……………………………..

Adegan 4 : Satu hari mereka berempat nongkrong dan tak sengaja topik apa-pekerjaan-Vadin mencuat.
            “Ngomong-ngomong Vadin kerja apaan?” tanya Ara.
            Flory menatap panik. “Kenapa panik gitu?” tanya Kika sebal.
            “Guru Biologi?” tanya Dina cekikikan.
            “Instruktur senam hamil!” pekik Gerry girang.
            Flory mendesah putus asa. “Gue nggak tahu kerjaan dia apa.”
            “….”
            Bum! Hening dan semua mata membelalak terkejut menatap Flory.
            “Elo pengen kawin sama orang yang elo sendiri nggak tau kerjaannya apa?” pekik Kika. “Ternyata elo lebih sinting dari yang gue kira!”
            “Jangan terlalu dipikirin, honey,” kata Gerry sambil memandang Flory kagum. “Elo pasti bisa bertahan cukup lama kawin sama dia.”
            “Kenapa?”
            “Karena elo punya bahan obrolan yang banyak!” (Hahahaha………)
            “Yang penting, elo harus tau tiga jenis profesi yang masuk daftar cekal buat calon suami,” nasehat Dina serius. “Politisi, pengacara dan dokter kandungan.”
            “Dokter kandungan?” tanya Ara terkejut. “Apa salahnya? Mereka kaya! Bayangin, manusia nggak pernah berhenti berproduksi. Itu sumber uang abadi selain kondom.”
            “Mungkin elo benar, Cinderella,” sahut Kika acuh. “Tapi masalahnya adalah … dia lebih ngerti vagina daripada elo.”  (Hahaha……..)
            “Ngomong-ngomong soal vagina, profesi seksolog juga masuk daftar cekal calon suami,” ujar Dina menimpali Kika.
            “Karena mereka tahu banyak tentang jurus bercinta?” gerutu Ara sebal.
            “Karena mereka tahu terlalu banyak, honey,” sahut Dina kalem. “Saking banyaknya sampai-sampai kita nggak bisa pura-pura orgasme.” (Hahahaha…….)
            “Jadi gue mesti kawin sama siapa?” tanya Flory bingung.
            “Arkeolog,” jawab Dina mantap.
            “Kenapa?” tanya Ara penasaran.
            “Karena semakin kita tambah tua dia pasti semakin tertarik.”
            “Emangnya gue fosil!”

Wkwkwkwkwkwkw……….!

Adegan 5 : Setelah Flory tahu bahwa pekerjaan Vadin adalah pengacara.
            “Vadin pengacara. Apa penjelasannya untuk itu?” desah Flory putus asa.
            “Objection,” jawab Dina mantap.
            “Maksud lo?”
            Kika menatap Flory dengan iba. “Nanti, setelah elo lagi terlentang dalam kondisi telanjang di atas tempat tidur, elo akan dengar dia teriak …..”
            “Objection!” timpal Dina dengan gaya dibuat-buat. “Congratulation, darling. Elo mendapat calon suami yang terlatih mendebat dan memprotes bahkan dalam kondisi paling bergairah sekalipun.” (Wuakakak……..)
            “Bukannya semua laki-laki emang gemar berdebat dan protes?” tanya Ara keberatan.
            “Yup. Tapi untuk profesi yang satu ini, mereka bahkan memasukkannya dalam kurikulum pelajaran resmi.”

*Guling-guling sakit perut*

Share/Bookmark

You Know You're a Jam-Head When ...

A Jam-Head named Bubba, he's doing a kemo
Satu saat saya lagi bosan bekerja (hehehehe) dan iseng surfing sana-sini, saya nemuin artikel satu ini di pjvault.com. Maybe kalian, truly jammers, pernah membacanya. Artikel ini memuat daftar kegilaan para Jam-Head, didata dari berbagai testimoni mulai tahun 1995 sampai Mei 2009 lalu, sebagai upaya untuk menunjukkan sejauh mana sih PJ fanatics bisa mengekspresikan kegelisahannya. Hihihi. Manusia kalo udah gelisah emang mesti dilampiaskan, bahaya soalnya. Hehehe.

Ekspresi yang sudah pasti biasanya adalah nama email atau bikin password sesuai nama Pearl Jam atau nama anggota band. Di luar yang biasa pastinya juga banyak yang lucu. Misalnya si Pegasus. Ringtone HP-nya adalah selalu lagu Pearl Jam dan kerap membiarkan panggilan telepon hanya karena ia ingin mendengarkan lagunya sampai habis. Hahaha. Steve, membuat playlist PJ yang berbeda setiap harinya sebagai bahan nyanyian saat mandi. Hahaha. Leena, membeli kursi terbaik untuk konser Bridge School via kartu kredit bosnya. Bagooos. Clint, menyiapkan berbagai argumen atas comeback-nya PJ dalam menghadapi Jam-Hate dan punya 12 versi lagu Alive dalam iTunes-nya. Hihihi. Sementara Frank, ia punya tatto ‘Stickman’ di lengannya dan sudah mempersiapkan sejuta alasan yang penuh makna, jika saja ada anak band lain iseng bertanya “Why the fuck did you get that?”. Jiaaaahahaha. Sedangkan Doc, ia selalu menggunakan kata ‘even flow’ daripada ‘even though’ di setiap pembicaraan. Hahaha. Dan George, memaksa diri memakan alpukat dan mencoba menikmatinya, ‘even flow’ benar-benar membenci alpukat sebelumnya. Hahaha. Holly, memastikan anak lelakinya minimal punya satu kaos PJ untuk segala situasi. Hahaha. Gimana koleksi kaos si Holly-nya ya? Terakhir adalah Angie. Dia punya rutinitas nonton 8 kali film Singles setiap tahunnya, dan selalu mem-pause setiap adegan yang ada PJ-nya, sekedar untuk menatap Gossard!!! Huwahahaha.

Ada yang aneh nggak? So pasti. Bean, dia berkeliling kota se-Amerika dan mengumpulkan setiap pengumuman ‘lost dogs’ yang ia temui. Dan Laura, membeli 6 buah alpukat hanya untuk berkreasi seni dengannya. Ckckck. Se-crazy apapun kayaknya saya nggak bakalan seaneh itu deh. Hahaha.

Ada juga yang romantis. Gwen, berdua dengan suaminya sepakat mengikuti tur konser PJ start from Philadelphia hingga ke ujung benua Australia, sebagai honeymoon. What a Jamming Honeymoon! Xixixi.

Ada lagi yang hebat. Hans, ia berjuang keras mengusulkan Pearl Jam sebagai topik esai di salah satu mata kuliahnya, dan berhasil! Juga Megan, dengan sabar ia mendownload semua informasi tentang Pearl Jam, setiap artis yang pernah terlibat kerjasama dengan Pearl Jam, setiap artis yang pernah tur bareng Pearl Jam, dan semua artis yang punya pengaruh terhadap Pearl Jam. Fiuuuh!!!

Yang sangat menggugah adalah Dave. Ia punya 3 account bank, untuk kredit, tabungan, dan terakhir khusus untuk mengikuti konser-konser PJ. Wow! Pemikiran yang sangat praktis dan penuh solusi. Meski harapan saya never stop, tapi selalu berpikir akan kemungkinan terburuk. Bagaimana seandainya PJ tidak akan pernah hadir di sini? Tragis. But that’s life, bro. Tak ada salahnya kalau kita bersiap-siap dan mengalah, no? Kita yang datang mengunjungi singgasananya, layaknya orang naik haji, maka sempurnalah iman kita. Bukan berarti semua yang sudah haji itu sudah sempurna imannya lho, tapi seharusnya itu adalah wujud nyata jika kita benar-benar mengimani sesuatu, kan?

Well, yang pasti, membaca berbagai testimoni ini membuat saya merinding. Dan bukannya pamer-pameran mana yang lebih gila dan seru yang muncul di relung Jammers tersebut, malah semangat sebagai Jammers-nya yang terasa kian berenergi. Membaca artikel ini juga membuat saya dengan nikmat menerawang sejumlah ekspresi kegelisahan di masa lalu. Setidaknya dua diantaranya. Hehehe.

Pertama adalah artikel pendek Whom To Marry/Not To Marry-nya Eddie di buku cover album PJ yang ketiga, Vitalogy. Remember? Nah, artikel pendek itulah yang saya jadikan satu-satunya pedoman dalam mencari si Pangeran. Serius. Saya kutip di sini ya untuk lengkapnya. Eddie bilang salah satu penyebab utama ketidakbahagiaan dan penderitaan di dunia adalah masih adanya anggapan bahwa dua orang yang saling tertarik fisik, yang sering disalahartikan sebagai cinta, harus menikah. Ia juga bilang bahwa dua orang yang punya temperamen dan pribadi kompleks yang sama, tidak boleh menikah. Dua orang yang sama-sama tinggi langsing atau pendek gemuk, juga tidak boleh menikah. Dua orang yang sama penggugup dan kikuknya juga tidak boleh menikah. Seorang pria tidak seharusnya menikahi wanita yang sifatnya hanya mencari kesalahan. Atau wanita yang tujuan hidupnya hanyalah baju, yang hinggap kesana kemari ke berbagai toko, seperti kupu-kupu mengitari bunga-bunga yang indah. Memilih baju yang mewah dan elegan memang sifat alami wanita, tapi jika hal tersebut sudah menguasai pikiran wanita, jiwanya akan tumpul, pikirannya seterusnya akan gagal berkembang, dan wanita seperti itu tentunya bukanlah partner yang baik bagi pria yang berpikir. Sementara wanita seharusnya tidak menikahi lelaki yang sifat alamiahnya sombong dan kejam, juga mau menang sendiri. Atau lelaki pemabuk, pemakai narkoba, atau yang suka menghabiskan uangnya dalam spekulasi judi atau apapun, atau yang suka segala yang berbau instan karena mereka tak punya daya juang. Hal terpenting dari semuanya adalah berjuang untuk tetap hidup dan tetap dalam kondisi tubuh yang fit, supaya bisa menikmati hidup.

Yeah, meski akhirnya si Eddie sendiri bercerai dengan Beth karena berselingkuh dan kini menikahi seorang mantan model, setidaknya saat itu, artikel ini benar-benar mempengaruhi saya. Bahwa saya tidak akan memilih cowok berdasarkan fisik (sadar diri, tentunya ;D), atau yang bertemparamen tidak sabaran atau berpribadi kompleks seperti yang saya punya, sebagai target untuk didekati. Atau cowok yang sependek dan segemuk saya ;D, atau cowok yang sombong dan mau menang sendiri, pemabuk apalagi pemakai narkoba, dan suka judi. Saya kesulitan untuk hal yang terakhir: hindari cowok yang suka segala yang berbau instan. Karena saya sendiri sedikit suka yang berbau instan, karena apalah daya, kami hanyalah generasi semi-instan, bukannya generasi jaman dulu yang penuh daya juang, dan untungnya bukan generasi jaman sekarang yang sangaaaaat suka segala yang instan. Halah, pantesan aja saya susah dapat pacar, dulu. Hahaha.

Kedua kira-kira tujuh tahun lalu, sekitar tahun 2003 bulan Pebruari, Pearl Jam mengadakan tur konser di lima kota besar Australia, yaitu Brisbane, Sydney, Melbourne, Adelaide dan terakhir, Perth. Saat itu saya sudah bekerja dan kebetulan lumayan punya cukup banyak tabungan. Jadi saya benar-benar excited untuk menonton konser mereka. Betapa pede-nya! Apalagi saya merencanakan sebuah perjalanan yang mungkin hemat, tapi juga penuh petualangan. Hehehe. Tujuan saya saat itu adalah kota pertama, Brisbane, karena yang terdekat dengan Indonesia. Saya sudah menjadwalkan perjalanan via kapal laut selama lima hari Jakarta-Surabaya-Makassar-Ternate-Sorong dengan tiket kelas ekonomi. Lalu dari Pelabuhan Sorong menuju Pelabuhan Mimika menggunakan kapal feri selama 2-3 hari. Dan dari Mimika, kabarnya ada kapal feri menuju Pelabuhan Cairns, Australia, juga ada pesawat misionaris menuju Darwin. Saya sendiri memilih Pelabuhan Cairns, karena itu kota pantai di tepi barat Australia, lalu tinggal menyusuri enam kota pantai ke arah barat dayanya, dan hopla! Disitulah Brisbane berada. Perjalanan yang sangat menantang, sangat direkomendasikan dan pastinya butuh partner. Jadilah saya membajak seorang teman, Lilia Ganjar, seorang Reborn 4 Papua, yang menjejakkan semua mimpinya hanya untuk Papua. Tentu saja ia sangat tertarik. Kami pun mulai survei biaya, informasi segala macam, dan planning sedetil mungkin. Saya dengan mata berbinar-binar membicarakan ini itu, sementara Lilia dengan setia mendengarkan, mengangguk-angguk, menilai-nilai. Sepertinya dia malah kelihatan takjub kok bisa ya Meli se-tidak-realistis ini. Hahaha. Semua hampir fixed saat kenyataan dengan mudahnya membuyarkan semua. Saya diterima sebagai pegawai negeri di Samarinda, Kalimantan Timur, untuk kemudian harus melapor dan langsung mengikuti pembekalannya di awal Pebruari, bertepatan dengan jadwal konser Pearl Jam di Brisbane, 8 Pebruari 2003. Definitely ironic. Dan kalau diingat-ingat, semangat menggebu-gebu seperti itulah yang membuat saya merinding dan jadi ngerasa Jammers banget. Hihihi.

Sekarang ini, setelah saya menemukan kembali kandang yang lama hilang, tentu saja ternyata ekspresi kegelisahan itu masih ada. Karena tak banyak hiburan di kota kecil, saya terkadang menerima ajakan karaoke suami dan teman-teman. Di Happy Puppy, Nav atau Inul Vista, lumayan ada lagu-lagu Pearl Jam. Satu album Ten dan sejumlah singles seperti Last Kiss, Yellow Ledbetter, serta satu Given To Fly. Meski saya dulunya penyiar radio kampus (siaran khusus dua jam tiap minggu: Alternative Jungle, masa-masa yang sangat memuaskan, bisa berkesempatan memprovokasi banyak orang dengan lagu-lagu Stone Temple Pilots, Nirvana, Soul Asylum, Soundgarden, Guns ‘N Roses, dan tentu saja si pemain utama, Pearl Jam! ;D), dalam hal memegang mike, saya adalah pribadi pemalu dan pasif, kecuali saat siaran karena nggak ada yang mengharap saya nyanyi tentunya, selain studio tentunya bukanlah panggung. Bisa dianggap saya juga buta nada dan buta lagu-lagu yang hits, terutama lagu Indonesia. Tapi fakta berbicara lain jika itu lagunya Pearl Jam. Tak peduli betapa bosannya suami dan teman-teman, Pearl Jam tak pernah ketinggalan. Hahaha. Dan betapa herannya mereka melihat saya ‘jingkrak-jingkrak’ setiap membawakannya, dengan nada yang pas. Hihihi. Pearl Jam certainly makes out what deeply hiding inside you, huh?

Share/Bookmark