Sunday, February 20, 2011

The Little Mermaid

Ada yang masih inget cerita anak-anak Little Mermaid? Hehehe jujur, gue nggak pernah tau cerita ini coz nggak tertarik cerita model beginian, sampe beberapa hari yang lalu Naula memilih buku ini di Gramedia, sementara Ozza tetep dengan style-nya yang berbeda, memilih buku cerita Dinosaurus yang ada sticker menyala dalam gelapnya, hahaha! Gue ceritain sedikit ya tentang Little Mermaid ini, nanti baru gue bahas alasannya kenapa gue mesti sharing ini sama kalian *as usual, I believe every story needs reason :)*

Sumber foto : www.travel-earth.com/denmark

Ceritanya alkisah di bawah laut hiduplah raja laut dan keenam putrinya yang berupa putri duyung. Fokus cerita ini ya si putri duyung yang bungsu. Tradisinya jika mereka sudah menginjak umur lima belas tahun, mereka diijinkan melihat dunia di atas laut. Nah, setelah si bungsu berulangtahun yang ke-15, saat ia melihat dunia di atas laut, ia bertemu kapal yang tengah ramai merayakan ulang tahun seorang pangeran. Ia pun mendekati kapal dan terpesona menatap pangeran yang sedang berdiri di atas geladak. Sebentar kemudian badai datang dan memporak-porandakan semuanya. Kapal tenggelam, si putri duyung segera mencari pangeran di gelapnya lautan dan menyelamatkannya. Semalaman ia mengapung dengan bantuan ombak sambil memeluk pangeran, hingga paginya badai berhenti dan dibawanya pangeran ke tepi pantai.

Putri duyung segera bersembunyi saat ada seorang wanita berjalan mendekat dari kejauhan. Pangeran terbangun dan mengira si wanita itulah penyelamatnya. Sang putri menjadi sangat sedih. Ia tidak bisa menghampiri pangeran dengan tubuh putri duyungnya, dan hanya bisa berteriak dalam hati. Sejak saat itu ia terus memikirkan pangeran. Setiap hari ia mendatangi tepi pantai tempat ia menyelamatkan pangeran, tapi ia tak pernah bertemu pangeran lagi. Sang putri pun sakit. Karena khawatir, kakak-kakaknya membawanya ke istana tempat pangeran tinggal.

Hingga suatu hari sang putri duyung ingin menjadi manusia dan hidup di atas laut. Ia pun menemui penyihir yang rumahnya ada di bagian laut paling dalam dan gelap. Penyihir memberinya obat agar bisa menjadi manusia, tapi ia harus menyerahkan suaranya yang indah. Dan jika ia tak berhasil menikahi pangeran, ia akan berubah menjadi buih. Sang putri menyanggupinya asalkan ia bisa bertemu pangeran.

Putri duyung pun menuju istana pangeran dan meminum obat itu di tangga istana. Ia lalu pingsan karena rasa terbakar di sekujur tubuhnya. Saat ia terbangun, ternyata pangeranlah yang menemukannya. Pangeran bertanya siapakah nama dan darimana ia berasal. Tapi putri duyung tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun karena telah memberikan suaranya ke penyihir. Ia hanya bisa memandang pangeran dengan tatapan sedih.

Akhirnya pangeran merawat putri duyung seperti adiknya sendiri. Putri duyung sangat bahagia. Lalu suatu hari, pangeran pergi berkunjung ke negeri tetangga ditemani sang putri. Pangeran terkejut ketika melihat putri negeri tetangga. Ternyata ia adalah wanita yang menyelamatkannya di pantai. Tanpa ragu pangeran segera melamarnya dan menggelar pesta pernikahan yang sangat indah di kapal besar.

Putri duyung sangat sedih. Ia tidak bisa memberitahu pangeran karena ia tak punya suara. Malamnya ia berdiri di atas geladak dan menangis karena fajar nanti ia akan menjadi buih. Pada saat itu kakak-kakaknya muncul dari dalam laut. Rambut mereka yang indah ternyata telah dipotong pendek. Mereka mendapatkan pisau dari penyihir dan membayarnya dengan rambut mereka. Mereka menyuruh sang putri menusuk dada pangeran sebelum matahari terbit supaya ia tetap hidup.

Putri duyung mencengkeram pisau itu dan menyelinap ke dalam kamar pangeran. Saat ia mengangkat tinggi pisaunya, tiba-tiba air matanya jatuh bercucuran. Ia tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa menusuk pangeran yang ia cintai. Putri pun melempar pisau itu ke laut, memejamkan matanya dan melemparkan dirinya ke laut yang dalam. Tubuhnya lalu berubah menjadi buih-buih yang gemerlapan.

Saat para peri datang untuk membawanya ke surga, putri duyung terbang seakan-akan memiliki sayap. Ternyata ia berubah menjadi peri angin karena ia melakukan banyak kebajikan. Di atas kapal, pangeran dan pengantinnya mencari-cari putri duyung dengan cemas. Putri duyung membelai pangeran dan mencium dahi sang pengantin wanita tanpa ada yang menyadarinya. Lalu terbang ke awan putih bersama peri angin yang lain. “Berbahagialah, Pangeranku…….”

Huhuhu, sedih banget ya ternyata. Gue udah tau sih kalo si Hans Christian Andersen ini pasti kalo bikin cerita ya sedih, tapi nggak nyangka aja setragis ini. Gue udah nyesel aja beli bukunya dan agak-agak was-was nyeritain kisah ironis yang indah ini untuk anak-anak sekecil Ozza Naula. Sebelumnya gue jarang mengkonsumsi mereka cerita-cerita sad ending. Kira-kira gimana respon mereka ya?

Hehehe, dasar emak-emak paranoid. Norak. Padahal sebenarnya kisah itu mungkin bagus untuk anak-anak supaya mereka ngerti realita hidup. Akhirnya untuk mengimbangi kesedihannya, gue lebih bersemangat nyeritain bahwa patung putri duyung bener-bener ada di pelabuhan Kopenhagen Denmark sana, yang dibikin untuk menghormati si penulisnya, si mbah buyut Hans. Juga cerita bagaimana hebatnya mbah Hans jadi penulis terkenal meski orangtuanya cuma jadi pembuat sepatu yang miskin.

Ujung-ujungnya, Naula merespon dengan selalu membawa bukunya kemana-mana, juga saat jalan-jalan, memproklamirkan bahwa itu buku favoritnya seumur hidup *jiah, baru juga umur tiga tahun, haha!* Sementara Ozza, nah inilah alasan gue sharing dengan kalian. Respon Ozza itulah yang bikin gue terhenyak sesaat. Yah, semacam henyakan emak-emak lainnya yang diperoleh saat anak-anaknya kadang membuat ulah tak terduga, tak disangka, tapi membuat bangga.

Ozza tipikal anak yang nggak gitu suka cerita romantis atau sedih. Dia sangat suka cerita lucu dan petualangan. Tokoh-tokoh favoritnya adalah Shrek, George of The Jungle, Shaggy Scooby Doo, Peterpan, Nathalie *anak perempuan bandel yang mimpi jadi backpacker dan punya hobi sadis 'menyiksa' adiknya dengan berbagai cara, gue nyeseeellll banget beli buku impor Amerika ini*, Bernard Bear, Paddle Pop, Upin Ipin, Ben10, Diego temennya Dora *bukan Dora-nya lho*, bahkan si lemah Hickup di film How to Train Your Dragon. Sangat jauh berbeda dengan pilihan Naula yang sangat normal dengan Barney, Barbie atau Rapunzel-nya. Hahaha!

Tapi Ozza juga tumbuh menjadi anak yang sangat sensitif. Dia lebih mudah sedih, nangis dan pemurung untuk hal-hal remeh dibanding Naula. Ozza bisa memikirkan satu kisah sedih selama berhari-hari dan membahasnya terus, intinya kenapa sih mesti ada cerita sesedih itu? Kenapa nggak ada yang melakukan sesuatu supaya cerita itu nggak sedih lagi. Ini pernah terjadi saat ia baru tahu cerita Peterpan sebenarnya. Sebelumnya ia hanya mengenal kisah Peterpan dan Jane, anaknya Wendy, versi Peterpan yang kedua, yang lebih happy ending. Ozza nggak habis pikir kenapa Peterpan nggak mau tinggal sama Wendy seperti anak-anak Lostboys lainnya, tapi lebih memilih kesepian bersama Tinkerbell di Neverland sana. Respon inilah yang gue khawatir bakal terjadi setelah gue nyeritain Little Mermaid untuk mereka.

Jadi bagaimana Ozza merespon ini kemudian? Tak disangka dia hanya mengangguk-angguk sambil terus meminum susunya. Juga tak ada pertanyaan-pertanyaan memusingkan dan menyedihkan keesokan harinya. I was really wondering why. Tapi gue sabar menunggu sampe segala sesuatunya jelas. Dan itu ternyata terjawab pagi ini, dua hari kemudian.

Setiap pagi tiap memandikan mereka satu persatu, gue biasa bertanya apa mimpi mereka semalam. Khususnya Ozza karena ia begitu sensitif, supaya gue bisa tahu apa yang terjadi di alam bawah sadarnya. Nah, pagi ini ternyata Ozza nggak menunggu saatnya mandi untuk bercerita apa mimpinya semalam. Sesaat setelah bangun, ia langsung nyari gue dan berteriak gembira :

“Bu! Aku tadi malam mimpi si putri duyung, lho! Aku ada di istana dan aku bilang sama pangeran, kalo sebenarnya yang nyelamatin pangeran itu si putri duyung. Wah pangeran akhirnya menikah sama putri duyung! Putri duyung sangat bahagia! Pokoknya bu, meski di buku dia sangat sedih, dia bisa bahagia di mimpi aku! Putri duyung boleh tinggal di mimpi aku aja, nggak usah di buku!”

Gue terhenyak. Mau nangis, malu. Gue cuma bisa bilang terkagum-kagum, “Kakak Ozza hebat sekali, mau mikirin nasibnya putri duyung. Makasih ya Kakak Ozza, pasti putri duyung kalo tau, dia pilih tinggal di mimpinya Ozza aja daripada di buku”. Gue peluk dia bangga sekali, ternyata dia sudah belajar tidak hanya di tahap mau memikirkan nasib orang lain, tapi juga sudah bisa menemukan solusinya meski sangatlah sederhana. Sama bangganya gue saat ia bercerita beberapa minggu sebelumnya bahwa ia sudah bisa berteman baik dengan Sinta, teman TK-nya yang sangat pemalu dan tidak mau bermain dengan semua orang. Sinta adalah anak baru, dan Ozza memperhatikan bahwa ia sebenarnya sangat kesepian, jadi setiap kali dia ingat, Ozza berusaha mengajaknya bermain meski Sinta tetap diam. Sampe suatu hari, gurunya mengharuskan setiap anak memilih salah satu temannya sebagai pasangan bermain selama satu hari. Tak disangka ternyata Sinta memilih Ozza. Ozza bangga sekali.

Gue tau Ozza di usianya yang lima tahun belum lancar membaca, cuman bisa baca judul-judul, menulis huruf pun masih gede-gede keluar dari garis, bahasa inggrisnya masih sebatas animals, mengajinya baru buku umi dua, atau menghapal surat-surat pendek Al-Qur’an nggak secepat teman-temannya yang lain karena dileskan ibunya mengaji-lah, calistung-lah, sempoa-lah, jarimatika-lah. For God’s sake, dia baru lima tahun! Kenyataannya gue malah lebih bangga sampe terisak-isak, kalo ternyata empati Ozza lebih cepat berkembang daripada kemampuannya yang lain. Persis seperti yang kami harapkan dari namanya, Irvana Ozza Al-Zakiya, anak cerdas yang suka menyenangkan orang-orang di sekitarnya. Semoga hingga dewasa nanti hatimu tetap seputih salju, Nak, tak terpengaruh racun-racun jahat yang membuatmu jadi apatis atau sombong. We love you, Ozza!

Share/Bookmark