Thursday, April 2, 2009

Kesepian Kita - PAS Band

Ingatkah kawan kita pernah saling memimpikan?
Berlari-lari ‘tuk wujudkan kenyataan
Lewati segala keterasingan
Lalui jalan sempit yang tak pernah bertuan
Ingatkah kawan kita pernah berpeluh cacian?
Digerayangi dan digeluti kesepian
Walaupun sejenak lepas dari beban
‘Tuk lewati ruang gelap yang teramat dalam
Hidup ini hanya kepingan yang terasing di lautan
Memaksa kita merendam kepedihan
Tapi kita juga pernah duduk bermahkota
Pucuk-pucuk mimpi yang berubah jadi nyata
Dicumbui harumnya putik-putik bunga
Putik impian yang telah membawa kita lupa
Hidup ini hanya kepingan yang terasing di lautan
Memaksa kita merubah jadi tawa…

Menikmati lagu ini mengingatkan gue akan film Music and Lyrics, dibintangi Hugh Grant ‘en Drew Barrymore, ada satu scene saat si Hugh bilang dia adalah pencipta musik, bukan penulis lirik, bagi dia lirik nggak begitu penting. Lalu si Drew bilang begini : “No, you’re wrong. Musik itu ibarat pertemuan pertama. Daya tarik fisik. Seks. Tapi begitu kau mengenalnya, itulah lirik. Kisah mereka. Siapa kau di dalamnya. Kombinasi keduanyalah yang menjadikannya istimewa”.

Bener banget Drew! Seperti lagu Kesepian Kita ini misalnya. Sebenarnya ini juga bukan lagu terfavorit atau apa sampe2 gue mengangkatnya di sini, tapi yah berdasarkan apa yang Drew bilang tadi, menurut gue lagu ini adalah lagu2 semacam itu, lagu yang adalah kombinasi istimewa dari musik dan liriknya. Musiknya, jangan ditanya. Pas bangetz! Terus liriknya. Lirik yang mampu membuat sebagian besar orang diam dan melayang ke dalam lagu tersebut, seakan kita yang menyanyikannya sendiri, menjernihkan kembali perjalanan hidup kita, apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana.

Gue pribadi, kalo menikmati musik ini baik2, yang ada di kepala adalah bayangan akan temen2 lama, teman semasa pertumbuhan hingga menjelang dewasa. Masa-masa dimana jati diri adalah yang terpenting dicari-cari. Masa-masa dimana kekacauan paling sering terjadi. Dan masa-masa dimana kedewasaan akhirnya tumbuh dari semua kekacauan itu.

Bayangan pertama yang muncul adalah, Lauren**. Gue ingat jelas saat-saat kami saling menjajaki ilmu dengan semangat tinggi. Lalu ia ‘tewas’ dengan sukses saat menikah di usia teramat muda, paksaan orangtua. Membuat limbung tak hanya ia, tapi juga gue, karena nggak ada lagi clicked partner in crime mengais2 dunia dengan mata kami yang haus. Membuat kami jadi malas dan apatis. Bayangkan! Apatis di usia muda? Itu adalah nightmare bagi Indonesia! Lalu Bondan**. Gue ingat dia saat dengan desperate-nya ia mengumumkan bahwa idola kami, Kurt Cobain bunuh diri! Lalu saat-saat kami membahas sejumlah options juga cerita bahwa ada fans Kurt di tanah Amerika sana yang saking desperado-nya juga ikut bunuh diri dengan mengurung diri dalam lemari berhari2. What a tragic and funny in a way. Lalu ada juga Karenina**. Gue ingat saat kami berjalan bersama menekuri tanah dan ia bercerita bagaimana ia takut terhadap sosok seorang Ayah. Dan bagaimana ia bertekad untuk berani pada akhirnya, mencoba melindungi ibu dan adik2nya dari kekacauan si troublemaker. Lalu Donny**. Gue ingat jelas bagaimana gue belajar menikmati hidup itu sebenarnya. Juga sekumpulan orang lainnya. Shasha**, Wayan**, Humaira**, Ahmady**, dan banyak lagi. Makna mereka persis sepotong kalimat di serobekan kertas koran kumal yang ditempel seorang sobat lama di agendanya : Betapa berharganya arti seorang sahabat!
Share/Bookmark

Self Promises

Actually these were old promises, I found it in an old diary under my old bed in my parent’s house. It was exactly year 2003. Some of them are already cleared, and some aren’t. So here I just want to review them a little bit. Just in case another year ahead to see what will happen.


Okey, first promise. Make myself heard. Hmm.. if it's about me and person to person, it's ok, i have it. But if it's about making myself heard in front of a serious meeting involving more than 100 people, hmm, it isn't ok. I don't have enough courage, except it's urgent or it is my responsbility, i will not go for it. Maybe someother time, mmm, like another ten years? *xixixi*


Second promise. Right on time. Okey. I have it, but sometimes anythings just happen and made me late. Uugh. For me now, spontanity sounds nicer than a serious plan, but okey, I will pay more attention to this point, make sure there are nothings happen which can make me not right on time! Jeeezzz....!


Third. Don’t afraid say no. Ok. I don't have any problem with this.


Fourth. Friendly to everyone. Hmmm, ok. I am friendly but if the situation begins to feel very annoyying, sorry guys, it isn’t always nice out there!


Fifth. Care to health. Ok, I am still working on it.


Sixth. Read more good books. Ok, I'm numbering them now, hehehe.


Seventh. Free my creativity ex. painting. Hehehe, maybe but maybe not, i still don't have enough time, excuse me!


Eighth. Make my personal album. Naaaah, it's my project till the year ends! Start saving money : Okey, I have plans! *crossing my fingers behind my back*


Ninth. See old friends : I can’t wait for this!


Tenth. Do new things everyday : Tempting!


Extras :
Disiplin terhadap hal-hal yang tak disukai ex. olahraga : Hmmmm………
Memanjakan diri sewaktu-waktu : Yeeaaahh……
Memandang sesuatu secara global, menyeluruh : Okey, I’m having it now and then.
Mencoba hal-hal baru : baru nemu komunitas fotografi asyik minggu kemaren, terus klub sepeda bugar ‘en diajak belajar main tenis sama temen2 : but they’re still in WACANA! Hehehe……

Melatih kesadaran ex. merasakan tiap kunyahan, mendengarkan tiap kata orang yang berbicara, mendengarkan tiap kata dalam lagu, memperhatikan pohon-pohon saat berjalan, etc. : this is a very serious promise that I will work on!

Now, what about your self promises?
Share/Bookmark

Siapakah Anda?

Suatu hari gue baca tabloid, gue lupa judulnya apa, gue hanya baca sekilas merayapi judul dan paragraf pembuka, lembar demi lembar. Hingga gue nemu satu paragraf menarik : Siapakah anda? Seorang TRADISIONALIS - menyukai pekerjaan yang tergantung pada rutinitas? EXPERIENCERS - yang penuh spontanitas? CONCEPTUALIZERS - yang butuh tantangan intelektual? ataukah anda seorang IDEALIS - yang mesti yakin bahwa pekerjaannya berarti?


Hmm... pertanyaan ini jelas nggak gampang dijawab. Perlu perenungan sedikit lebih lama, apalagi untuk gue, seorang ibu dua anak bandel tapi lucunya minta ampun, yang juga seorang wanita bekerja, meskipun hanya sekelas pegawai negeri yang kata orang bisa santai selalu tapi it depends menurut gue, tergantung bagaimana kreatifnya orang itu mencari-cari secara teliti, sebenarnya apa sih inti utama jobdesk mereka, ruang lingkup kerjaannya sampe mana, tanggung jawabnya sampe ke wilayah mana, hingga apa yang bisa dilakukan supaya jobdesk tersebut bisa selesai entah itu bertahap atau langsung kelar, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan hingga pengarsipan data. Intinya, tak masalah pekerjaan seseorang itu apa, yang penting adalah bagaimana ia memandang pekerjaannya, memahami bagaimana etos bekerja, yah pokoknya yang seperti itulah.


Nah, kembali ke poin awal, ternyata waktu sepuluh menit belum lagi pas bagi gue untuk nemuin jawabnya. Gue masih bingung. Bukannya apa2. Kayaknya gue adalah seorang tradisional yang juga experiencers dan conceptualizers, plus idealis deeh....! Coz jelas gue suka rutinitas. Setiap malem sesudah nganter anak2 bobo, gue beres2 rumah, mulai dari ujung depan sampe belakang, biar paginya nggak repot. Pagi hari gue tinggal siapin anak2 dan buat sarapan, terus cabut deh nganter our first angel, Irvana Ozza Al-Zakiya, 3,5 tahun, ke playgroup-nya, dan langsung ngebut ke kantor. Sementara suami, Irvana Prasetyo, bertugas nganter our second angel, Irvana Naula Ziba, 1,5 tahun, ke tempat neneknya, setelah itu baru ke kantor. Siang makan di luar kalo ada urusan yang perlu diurus, lalu sore pulang, jemput anak2, pulang dan main2 sebentar dengan anak hingga jam sembilan malam tiba. Begitu seterusnya setiap hari kecuali hari libur atau ada hal2 lain yang urgent. 

Gue juga suka keteraturan. Pokoknya gue yakin gue orang tradisional deh. Tapi gue juga yakin gue termasuk experiencers, gue dan suami bisa aja suatu hari meliburkan diri sendiri dari kantor, hanya absen sebentar terus go home (suami juga pegawai negeri), entah itu hanya leyeh2 di rumah bersama anak2 atau jalan2 ke tempat2 wisata. Hehehe, kebiasaan ini nggak sering2 kok, jangan marah ya hai rakyat pembayar pajak, kami hanya melakukan ini JIKA SAJA pekerjaan sudah selesai. 

Terus gue juga conceptualizers, gue senang merencanakan hati2 segalanya, gue juga senang hal2 yang berbau intelektual tapi santai, misalnya ngisi TTS Kompas Minggu, baca buku tebel, dsb. Dan terakhir, gue juga idealis, meski mungkin baru sampai tahap idealis untuk diri sendiri, belum merambah ke orang banyak. Yah mungkin kalo gue udah jadi pemimpin baru bisa kali menerapkan disiplin besi ke berbagai masalah yang ada hehehe…… 

Jadi yah begitulah. Setelah sepuluh menit itu berlalu, setelah gue pikir2, ngapain juga gue buang waktu untuk pertanyaan kayak gini. Mutu sih, tapi nggak pentinglah. Kalo lo udah tau apa yang lo harus lakukan untuk hidup, lo tau tanggung jawab yang ada di depan mata lo, juga mimpi2 lo, dan lo juga tau gimana cara mencapai mimpi2 tersebut, pertanyaan siapakah lo sebenarnya adalah pertanyaan level tiarap. Just move on to your life, guys!
Share/Bookmark